Senin 04 Jul 2011 15:32 WIB

Kerusakan Lubang Ozon Seluas Amerika Utara

Kerusakan lapisan ozon di Kutub Selatan seluas 27 juta meter persegi. (ilustrasi)
Foto: www.telegraph.co.uk
Kerusakan lapisan ozon di Kutub Selatan seluas 27 juta meter persegi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,CIMAHI - Kerusakan lapisan ozon di Kutub Selatan mencapai seluas 27 juta kilometer persegi. Itu luasnya lebih besar dibandingkan Amerika Utara yang luasnya sekitar 25 juta kilometer persegi.

''Hal ini terjadi karena banyak sekali perilaku hidup manusia yang tanpa disadari menyebabkan kerusakan ozon,'' kata Kepala Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Novita Ambarsari, kepada wartawan di sela-sela Sosialisasi Perlindungan Lapisan Ozon di Pusdik Armed, Kota Cimahi, Senin (4/7).

Lubang ozon di kutub Selatan ini bukan dalam arti lubang yang sebenarnya pada lapisan ozon. Akan tetapi, kata Novita, lubang ozon merupakan penipisan lapisan ozon dengan konsentrasi lebih rendah dari 220 DU. Nilai ini berdasarkan pengamatan ozon di Kutub Selatan yang tidak pernah lebih tinggi dari 220 DU sejak tahun 1979.

Sedangkan, berdasarkan data total ozon hasil pengukuran satelit Nimbus pada Juni 2009, ada kecendrungan penurunan konsentrasi ozon total di Indonesia sebesar 0,29 DU/tahun. Bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon ini terutama berasal dari jenis chlorofluorocarbons (CFC) yang digunakan dalam berbagai produk proses seperti lemari es, pendingin udara, dan proses pembuatan busa lembut sebagai cairan pembersih.

"Bahan perusak lapisan ozon banyak digunakan dalam industri alat pemadam kebakaran dan Metil Bromida yang dipakai untuk bahan pestisida,'' kata Novita. ''Pemakaian bahan-bahan ini meningkat dengan cepat sejak tahun 1970-an yang menyebabkan kandungannya di atmosfer juga meningkat."

Dia mengatakan cara mengatasi masalah ini dengan cara mengubah perilaku manusia. Masyarakat harus disadarkan bahwa manusia harus hidup lebih lama dengan suasana nyaman dan aman. Edukasi yang disampaikan itu bisa dalam bentuk cerita dan bukti nyata supaya warga tergerak hatinya untuk hidup dengan cara yang lebih baik.

"Banyak kebiasaan masyarakat yang tdak sesuai dengan pola back to nature seperti menyalanya pesawat TV tanpa ada yang menontonnya. Padahal, energi litrik berasal dari solar. Sedangkan, solar tidak bisa diperbarui dan pembakarannya sendiri menyebabkan kerusakan lapisan ozon," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement