REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Teguh Setiawan/Wartawan Senior Harian Republika
Temuan lainnya, virus serupa HIV pada monyet adalah keturunan patogen kuno yang membentuk sistem imunisasi untuk mengatasi infeksi. Tapi, perubahan selektif pada gen antivirus mendorong terjadinya evolusi senjata yang berlanjut sampai saat ini.
“Lebih 40 spesies primata di sub-Sahara Afrika terinfeksi virus serupa HIV,” ujar Emerman. “Beberapa virus berpotensi menginfeksi manusia. Adalah penting mengetahui asal-usul virus ini.”
Mungkin, yang paling menarik dari penelitian ini adalah sistem kekebalan tubuh primata, kerabat terdekat manusia, yang juga berevolusi untuk melawan infeksi virus serupa HIV.
Penelitian lain yang dilakukan sejumlah ilmuwan Universitas Oxford menyebutkan, retrovirus yang memunculkan HIV kali pertama berevolusi sekitar seratus juta tahun lalu atau 85 juta tahun lebih awal dari dugaan sebelumnya.
Sisa-sisa virus kuno serupa HIV saat ini, menurut Dr Aris Katzourakis dari Departemen Zoologi Universita Oxford, ditemukan dalam genom sloth berjari dua. Sloth adalah salah satu spesies beruang yang hidup di subbenua India.
“Karena sloth sangat geografis dan secara genetik mengisolasi genomnya, memberikan kita jendela untuk masuk ke mamalia masa lalu,” ujar Katzourakis. “Kita bisa mengetahui sistem kekebalah tubuh, tipe virus, dan bagaimana keduanya bersaing serta berevolusi.”
Peneliti juga menemukan bukti adanya virus berbusa, jenis retrovirus tertentu yang menyerupai lentivirus, serupa dengan HIV dan SIV. Virus ini adalah lawan retrovirus sederhana yang ditemukan di seluruh genom fosil.
Laporan ilmiah sebelumnya, lanjut Katzourakis, memperlihatkan bukti adanya virus serupa HIV dalam genom kelinci dan lemur. Tapi, penelitian terbaru menunjukkan, nenek moyang retrovirus, seperti HIV, mungkin telah ada sejak awal evolusi mamalia.
Katzourakis juga mengatakan, memahami bahwa pertempuran evolusi antara sistem virus dan sistem kekebalan tubuh mamalia akan mengarahkan para ilmuwan pada pendekatan baru untuk memerangi retrovirus, yaitu HIV. Ini juga dapat membantu ilmuwan menemukan virus lain yang bisa berjangkit dari manusia ke binatang, salah satunya flu babi atau H1N1 atau flu burung (H5N1). (bersambung)