Selasa 12 Mar 2013 07:30 WIB

Melacak Nenek Moyang HIV (3)

Scanning electron micrograph of HIV-1 (in green) budding from cultured lymphocyte. Multiple round bumps on cell surface represent sites of assembly and budding of virions. (illustration)
Foto: en.wikipedia.org
Scanning electron micrograph of HIV-1 (in green) budding from cultured lymphocyte. Multiple round bumps on cell surface represent sites of assembly and budding of virions. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Teguh Setiawan/Wartawan Senior Harian Republika

Bukan Simpanse

Sebelumnya, pertengahan 2003, sebuah penelitian yang dilakukan Institute of Genetics at University of Nottingham menemukan bukti simpanse adalah primata yang menularkan virus serupa HIV kepada manusia. Namun, simpanse juga korban penularan dari primata lain.

Paul Sharp yang mengepalai penelitian itu memperlihatkan bukti bahwa monyet kepala merah mangabey (Cercocebus torquatus) dan monyet hidung besar (Cercopithecus nictitans) yang menjadi agen penyebar virus SIVs. Di tubuh simpanse, SIV bervolusi dan menjadi virus hibrida SIV.

Transmisi, Sharp berteori, terjadi lewat mulut. Simpanse memakan monyet kepala merah mangabey dan monyet hidung besar. Virus hibrida kemudian menyebar dari satu ke lain simpanse lewat perkawinan dan ditularkan ke manusia lewat perkawanan. Di tubuh manusia, virus berhibrid lagi menjadi HIV-1.

Studi juga memperlihatkan kesamaan mencolok antara infeksi SIV dari simpanse dan infeksi HIV pada manusia. Simpanse memperoleh virus dari dua sumber berbeda. Manusia terinfeksi oleh virus penyebab AIDS dari dua sumber berbeda, simpanse dan monyet mangabey.

“Akibat kesamaan antara simpanse dan manusia, setiap virus yang berhasil meyesuaikan diri menyebar dan selanjutnya melompat ke manusia. Bukan tidak mungkin HIV-1 terus menyesuaikan diri dengan sistem kekebalan tubuh manusia dan menjadi HIV-3,” demikian teori Sharp.

Penelitian ini juga menyoroti seberapa banyak virus terganas menular ke seluruh spesies. Sharp juga memperlihatkan, betapa lompatan virus dari hewan ke manusia terjadi sepanjang waktu. Penyakit seperti SARS dan monkeypox yang baru-baru ini ditemukan di AS kemungkinan berasal dari transmisi lintas spesies.

Michael Lai, pakar virus University of Southern California, Los Angeles, mengatakan, semua ini terjadi karena dua alasan. Pertama, saat ini deteksi virus lebih mudah berkat kemajuan teknologi kedokteran. Kedua, perjalanan internasional yang kian mudah membuat orang bisa membawa binatang dari satu tempat ke lain negara. (bersambung)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement