Selasa 16 Nov 2010 00:44 WIB

Aung San Suu Kyi Tuntut Kebebasan Berpendapat

Red: Siwi Tri Puji B
Suu Kyi
Foto: AP
Suu Kyi

REPUBLIKA.CO.ID,  YANGON--Pasca pembebasannya, tokoh oposisi Myanmar sekaligus pemenang hadiah Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, menyatakan akan kembali ke ajang politik. Ia menyerukan rakyat Myanmar menyatukan kekuatan untuk memperjuangkan demokrasi dan rekonsiliasi nasional.

Di depan markas Liga Nasional untuk Demokrasi-NLD di Yangon, Suu Kyi dalam pidatonya yang berkobar-kobar, mengajak para pendukungnya untuk berjuang bagi demokrasi di Myanmar dengan menyatukan seluruh kekuatan. Ia juga menyatakan siap bekerja sama dengan seluruh kekuatan pro demokrasi, untuk mewujudkan perubahan di negara yang dipimpin rezim militer itu. Ini merupakan pidato pertama Aung San Suu Kyi setelah lebih dari tujuh tahun dibungkam oleh junta militer, dan disambut dengan antusias oleh para pendukungnya.

“Saya bahagia dan bersemangat, melihat kalian semua di sini," katanya. "Saya tahu apa yang diinginkan rakyat, dan saya juga tahu apa yang kalian inginkan. Setiap hari saya mendengar radio lima sampai enam jam, kadang-kadang membosankan. Tapi untuk kesejahteraan rakyat saya harus mengikuti perkembangan situasi.”

Lebih lanjut Suu Kyi mengatakan, ia hendak berjuang memperbaiki kehidupan rakyat Myanmar dan mendengarkan suara rakyat. Disebutkannya, demokrasi artinya adalah jika rakyat dapat mengawasi pemerintah. Landasan dari demokrasi adalah kebebasan berpendapat, kata pemenang hadiah Nobel perdamaian itu menambahkan. Dalam acara di depan markas Liga Nasional untuk Demokrasi itu tidak nampak kehadiran pasukan keamanan berseragam.

Dalam pidatonya, tokoh oposisi itu juga menegaskan, ia tidak mendendam kepada junta militer yang menjatuhkan ketidak adilan terhadap dirinya. Dalam 21 tahun terakhir ini, 15 tahun diantaranya harus dijalani Aung San Suu Kyi dalam status sebagai tahanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement