Jumat 09 Oct 2020 18:25 WIB

2 Sosok di Balik Kemenangan Shalahuddin Lawan Tentara Salib 

Terdapat dua sosok penting di balik kemenangan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Red: Nashih Nashrullah
Terdapat dua sosok penting di balik kemenangan Shalahuddin Al-Ayyubi. Shalahuddin Al-Ayyubi
Foto: badassoftheweek.com
Terdapat dua sosok penting di balik kemenangan Shalahuddin Al-Ayyubi. Shalahuddin Al-Ayyubi

REPUBLIKA.CO.ID,  Buku Hakadza Zhahara Jiilu Shalahuddin wa Hakadza Aadat Al Quds (Demikianlah Bangkitnya Generasi Shalahudin Al Ayyubi dan Demikianlah Kembalinya Yerusalem) karya Dr Majid Irsan Al Kilani diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Buku ini menarik, terutama dari sudut pandang kebangkitan sebuah peradaban. Penerjemah buku ini, dua orang alumni Universitas Islam Madinah, menceritakan, bahwa dosen pembimbing mereka, Dr Ghazi bin Ghazi Al Muthairi, adalah orang yang mengenalkan dan meminta mereka membaca buku ini.

Baca Juga

Buku ini menceritakan bagaimana kaum Muslimin mampu bangkit dari keterpurukan selama sekitar 50 tahun, dan akhirnya berhasil merebut kembali Yerusalem setelah dikuasai pasukan Salib selama 88 tahun. Dr Irsan Al Kilani memaparkan data-data bahwa Shalahuddin bukanlah pemain tunggal yang 'turun dari langit' dalam mengangkat keterpurukan umat Islam. 

Tetapi, dia adalah produk dan bagian sebuah generasi baru yang telah dipersiapkan oleh para ulama yang hebat. Dua ulama besar yang disebut berjasa besar dalam menyiapkan generasi baru itu adalah Imam Al-Ghazali dan Abdul Qadir Al-Jilani.

Dalam melakukan upaya perubahan umat yang mendasar, Al-Ghazali dan Al-Jilani lebih menfokuskan pada upaya mengatasi masalah kondisi umat yang ketika itu memang layak menerima kekalahan (al qabiliyah lil hazimah). Faktor dasar kelemahan umat didiagnosis dan dicarikan solusinya. 

Menurut Al Ghazali, masalah yang paling mendasar dari terpuruknya umat Islam adalah faktor hubbud dunya (cinta dunia), rusaknya pemikiran keagamaan, dan fanatisme kelompok. Untuk itu, Al Ghazali melakukan perubahan dimulai dari dirinya sendiri, kemudian baru mengubah orang lain.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقْرَبُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْتُمْ سُكَارٰى حَتّٰى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ وَلَا جُنُبًا اِلَّا عَابِرِيْ سَبِيْلٍ حَتّٰى تَغْتَسِلُوْا ۗوَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُوْرًا
Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati salat ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.

(QS. An-Nisa' ayat 43)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement