Kamis 20 May 2021 16:24 WIB

Soal Palestina, Ketua MUI: Ini Amanat Konstitusi Indonesia

Dasar pembelaan kepada Palestina adalah amanat konstitusi.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Orang-orang berdemonstrasi untuk mendukung Palestina di Oslo, Norwegia, 19 Mei 2021.
Foto: EPA/Berit Roald
Orang-orang berdemonstrasi untuk mendukung Palestina di Oslo, Norwegia, 19 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut menanggapi pernyataan Jenderal (Purn) AM Hendropriyono soal Palestina. Sebelumnya, Hendropriyono menyatakan Palestina dan Israel bukan urusan Indonesia, melainkan urusan mereka, bangsa Arab dan Yahudi.

"Bagi saya itu (pernyataan Hendropriyono) suatu hal yang menyedihkan, mengingat beliau tokoh nasional," kata Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI, Bunyam Saptomo kepada Republika, Kamis (20/5).

Baca Juga

Bunyam menyampaikan, semua tahu bahwa pimpinan nasional Indonesia yakni Presiden Joko Widodo dan Menteri Luar Negeri telah menetapkan kebijakan membela bangsa Palestina yang masih menderita karena penjajahan zionis Israel. Dasar pembelaan kepada Palestina adalah amanat konstitusi, yakni melawan penjajahan dan membela kemanusiaan serta keadilan. 

"Oleh karena itu sedih bila ada tokoh nasional yang tidak memahami amanat konstitusi Indonesia tersebut," ujarnya.

 

Dari daftar di bawah ini, mana nih Hape favorit Kamu?

  • Samsung
  • Apple
  • Oppo
  • Vivo
  • Xiaomi
  • Huawei
  • Asus
  • Sony
  • Nokia
  • Lenovo
  • Oneplus
  • LG
  • ZTE
  • HTC
  • Meizu
  • Alcatel
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتَ النَّبِيِّ اِلَّآ اَنْ يُّؤْذَنَ لَكُمْ اِلٰى طَعَامٍ غَيْرَ نٰظِرِيْنَ اِنٰىهُ وَلٰكِنْ اِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَاِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوْا وَلَا مُسْتَأْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيٖ مِنْكُمْ ۖوَاللّٰهُ لَا يَسْتَحْيٖ مِنَ الْحَقِّۗ وَاِذَا سَاَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَاسْـَٔلُوْهُنَّ مِنْ وَّرَاۤءِ حِجَابٍۗ ذٰلِكُمْ اَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّۗ وَمَا كَانَ لَكُمْ اَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَلَآ اَنْ تَنْكِحُوْٓا اَزْوَاجَهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖٓ اَبَدًاۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمًا
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah.

(QS. Al-Ahzab ayat 53)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement