Ahad 25 Jul 2021 17:28 WIB

Ekonomi Syariah adalah Ekonomi Kerakyatan

Mengapa ekonomi dan bank syariah menjadi sangat penting dalam pembangunan nasional?

Red: Elba Damhuri
Ekonomi Syariah dan Perbankan Syariah: Teller bank syariah sedang menghitung uang nasabah (ilustrasi)
Foto:

Koperasi ini mampu memberdayakan sekitar 6.000 kepala keluarga petani dan peternak yang tersebar di tujuh kabupaten/kota sekitar Blitar. Proses gotong royong dan kerja sama dimulai sejak pagi hari dengan proses penghantaran dan dilanjutkan sore hari. Setelah itu disetor dan diproses, selanjutnya dibawa ke Jawa Barat. 

Kisah menarik lain, dapat dilihat melalui desa binaan Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan pembiayaan syariah, klaster peternakan kambing dan domba, yaitu Desa Kedarpan, Purbalingga, Jawa Tengah dan klaster peternakan sapi di Desa Jati, Trenggalek, Jawa Timur. 

Keguyupan warga desa yang bahu membahu membangun perekonomian perdesaan terlihat nyata, sehingga berdampak sangat luas.

Demikian juga sejumlah komunitas usaha kecil mikro telah banyak yang meraih sukses dengan pembinaan melalui sejumlah koperasi yang berbasis syariah atau lebih dikenal sebagai BMT “Baitul mal wa at Tamwil”. 

Kemitraan bank syariah seperti BSI ini dapat dilakukan bersama sejumlah koperasi syariah untuk linkage program pembiayaan bagi kelompok usaha kecil mikro dan juga pengembangan industri halal yang saat ini sangat didorong oleh pemerintah. 

Selain soal pembiayaan syariah untuk penguatan kelompok usaha kecil, yang tidak kalah pentingnya adalah peran para pendampingan yang diberikan oleh mereka yang berpengalaman dalam menggerakkan usaha masyarakat tersebut.

Proses pemberdayaan melalui pendampingan ini dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketekunan sangat menentukan keberhasilan kemandirian ekonomi masyarakat. 

Tentu saja selain itu dilakukan aksi memfasilitasi dan memberikan jalan keluar atas persoalan yang dihadapi, misalnya dengan membuka akses pasar. Pendampingan penggunaan sosial media seperti instagram, facebook, youtube untuk akses pemasaran bahkan hingga pemanfaatan market place.

Di berbagai tempat selain permodalan, aspek pemasaran ini menjadi persoalan yang juga krusial bagi para pengusaha kecil. 

Hal-hal kecil yang dimaknai sebagai konsep gotong royong semacam itulah yang justru dapat menghasilkan output yang luar biasa. Berbagai kisah sukses di atas semakin mengukuhkan bahwa proses pendampingan sangat efektif bagi upaya pemberdayaan masyarakat yang berdampak bagi naiknya kapasitas produksi dan  peningkatan pendapatan. 

Konsep ini telah mengakar lama dan menjadi kekayaan kearifan lokal (local wisdom) masyarakat Indonesia. Konsep gotong royong inilah yang menjadi “sharing the pain” dan diimplementasikan dengan baik di lapangan.

Keterpaduan aspek ekonomi dan sosial tersebut senantiasa perlu dipacu lagi untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam yang dikelola secara bertanggung jawab. 

Tak ketinggalan peran negara lewat pemerintah dalam memastikan gotong royong ini berlangsung sempurna dari bawah ke atas, dari masyarakat hingga pemerintahnya. Kemampuan mengarahkan proses pembangunan di mana rakyat harus diposisikan utama atau subtansial buka residual apalagi marginal. 

Berbagai contoh inisiatif yang dijelaskan di atas, dan tentu saja cerita dari berbagai sudut Indonesia lainnya yang sesungguhnya menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan apa yang sesungguhnya telah lama kita miliki dengan gotong royong tersebut. 

Tentu, setelah merefleksikan kita perlu menyusun berbagai langkah yang terukur untuk melakukan “lompatan demi lompatan kemajuan”, meminjam apa yang diharapkan Presiden Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement