Selasa 24 Aug 2021 14:26 WIB

Kenali Objek Wisata Kota Tua Jakarta dengan Teknologi AR

Wisatawan dapat merasakan sensasi mengunjungi tempat wisata secara virtual.

Red: Irwan Kelana
Teknologi Augmented Reality (AR) telah dimplementasikan pada pengenalan benda cagar budaya
Foto: Dok UNM
Teknologi Augmented Reality (AR) telah dimplementasikan pada pengenalan benda cagar budaya

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ummu Radiyah  dan Anton

Dunia pariwisata di Indonesia khususnya Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, telah berkembang dengan pesat. Di DKI Jakarta sendiri, banyak sekali objek wisata dengan berbagai jenisnya. Misalnya,  wisata religi, wisata kuliner, dan wisata sejarah. Salah satu objek wisata sejarah yang ada di wilayah DKI Jakarta adalah wisata Kota Tua Jakarta. 

Kota Tua Jakarta merupakan kawasan penting pada masa penjajahan.  Kawasan ini mencakup sebagian wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Zaman dahulu, Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk yang digunakan untuk kegiatan jual beli dalam kegiatan perdagangan internasional, sedangkan kawasan sekitar Museum Bank Indonesia dan Museum Fatahillah adalah salah satu pusat pemerintahan kolonial Belanda. Seiring berjalannya waktu, kini Kota Tua Jakarta dimanfaatkan sebagai tempat wisata bersejarah yang dapat memberikan informasi berharga tentang sejarah Kota Tua.

Di kawasan Kota Tua, terdapat beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Di antaranya adalah Museum Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, Museum Bahari, Museum Wayang, Stasiun Kota, Jembatan Kota Intan, dan Cafe Batavia. 

Sayangnya, sebagian wisatawan kurang mendapatkan informasi mengenai  objek wisata yang ada di kawasan Kota Tua. Jadi umumnya pengunjung datang ke Kota Tua hanya untuk berfoto-foto dengan manusia patung, bersepeda atau sekedar berkumpul di satu atau dua tempat wisata saja.

Sekitar 30  persen  pengunjung kawasan Wisata Kota Tua Jakarta Utara ternyata tidak mengetahui jika kawasan itu memiliki tiga museum yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan dua dikelola oleh Bank Indonesia, dan Bank Mandiri (Sinaga, 2017).

Museum dan Galeri Seni adalah lembaga penting tempat untuk menghabiskan waktu yang berkualitas untuk belajar bagi pengunjung sepanjang hidupnya, serta meningkatkan kualitas pengunjung melalui pengalaman seni dan budaya melalui teknologi baru dan inovatif seperti teknologi Augmented Reality (AR).

Di samping Kota Tua, ada objek wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Monumen Nasional (Monas) dan Ancol juga beberapa mal megah yang bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Pariwisata di Kota Tua, Jakarta punya potensi daya tarik yang lumayan besar. Namun, informasi tersebut tidak mudah diperoleh.

Daya tarik tempat wisata merupakan segala sesuatu keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan atau hasil buatan manusia yang menjadi kunjungan wisatawan. Keunikan dan keistimewaan tempat wisata akan memberikan pengalaman berharga dan indah bagi wisatawan. Untuk menarik minat dan daya tarik wisatawan tidak cukup hanya sebuah informasi, dibutuhkan pula gambaran nyata tiga dimensi (3D) dari bangunan objek wisata. 

Untuk mewujudkan daya tarik tersebut, maka dibutuhkan teknologi Augmented Reality yang dapat menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata dan dapat diaplikasikan di perangkat mobile. 

Setelah melihat kondisi objek Wisata Kota Tua, diperlukan sebuah aplikasi yang dirancang untuk membuat daya tarik wisata. Juga untuk membantu wisatawan agar mendapatkan pengetahuan sejarah, informasi lokasi, serta jam operasional objek wisata dengan penggambaran nyata atau menampilkan objek 3D. 

Informasi ini nantinya, akan membuat pengalaman yang lebih menarik untuk wisatawan yang ingin mengetahui atau sedang berkunjung ke tempat wisata Kota Tua Jakarta.

Teknologi Augmented Reality (AR) telah dimplementasikan pada pengenalan benda cagar budaya yang ada di Museum Zoologi dan dapat menjadi teknologi interaktif yang dapat digunakan sebagai sarana pengenalan benda cagar budaya pada masyarakat.

Dosen Universitas Nusa Mandiri (UNM) melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan algoritma FAST (Features from Accelerated Segment Test) Corner Detection yang merupakan algoritma penentuan corner point yang ditemukan oleh Edward Rosten. Pada FAST Corner Detection, proses penentuan corner pointnya dengan menentukan suatu titik p pada koordinat (xp,yp) pada citra dan membandingkan intensitas titik p dengan empat titik di sekitarnya. Titik pertama terletak pada koordinat (x,yp-3), titik kedua terletak pada koordinat (xp+3,y), titik ketiga terletak pada koordinat (xp- 3,y). 

Jika nilai intensitas di titik p bernilai lebih besar atau lebih kecil daripada intensitas, sedikitnya tiga titik di sekitarnya ditambah dengan suatu intensitas ambang batas (Thresshold), maka dapat dikatakan bahwa titik p adalah suatu sudut. Titik p akan digeser ke posisi (xp+1,yp) dan melakukan intensitas keempat titik di sekitarnya lagi. Interaksi ini terus dilakukan sampai semua titik pada citra sudah dibandingkan. 

Arsitektur yang dibangun dalam penelitian dosen Universitas Nusa Mandiri Program Studi Informatika ini terdiri dari beberapa komponen yaitu, pengguna, marker, kamera. Pengguna akan menggunakan aplikasi, kemudian kamera diarahkan ke marker untuk discan, selanjutnya kamera akan melakukan tracking pada marker untuk diidentifikasi dan sistem akan melakukan render objek tiga dimensi atas marker yang telah teridentifikasi. 

Hasilnya, aplikasi objek Wisata Sejarah Kota Tua Jakarta dapat ditampilkan saat marker terdeteksi dengan metode scan. Dan menu tampilan galeri foto kawasan Wisata Kota Tua pun dapat dipilih sesuai keinginan wisatawan.

Dengan aplikasi teknologi Augmented Reality ini, dapat juga diterapkan untuk memberikan informasi atau pengenalan objek wisata berupa tiga dimensi. Teknologi Augmented Reality yang diterapkan pada aplikasi yang telah dibuat dapat memberikan pengalaman yang unik bagi pengguna aplikasi, dalam hal ini wisatawan yang berkunjung. 

Ini menjadi solusi yang menarik untuk diterapkan pada kondisi sekarang, yaitu kondisi pandemi Covid-19. Di mana, adanya pembatasan pengunjung atau wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung. Wisatawan dapat merasakan sensasi mengunjungi tempat wisata secara virtual dan seolah-olah nyata sedang berada di tempat wisata sebenarnya karena aplikasi yang menampilkan gambaran 3D dari objek yang akan dikunjungi atau dilihat oleh wisatawan.  

*)Penulis adalah  dosen Universitas Nusa Mandiri  (UNM), Program Studi Informatika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement