Selasa 31 May 2022 15:22 WIB

Pelajar dan Mahasiswa Gelorakan Pancasila dari Ende untuk Indonesia

Penggeloraan Pancasila menyambut Hari Lahir Pancasila yang dipusatkan di Ende.

Red: Muhammad Hafil
Pelajar dan Mahasiswa NTT Gelorakan Pancasila dari Ende untuk Indonesia. Foto: Siswi SMAN 2 Ende bernama Maria Albertima Tima saat membacakan orasi tentang penggeloraan Pancasila di Universitas Flores, Kabupaten Ende, Selasa (31/5/2022).
Foto: Dok Republika
Pelajar dan Mahasiswa NTT Gelorakan Pancasila dari Ende untuk Indonesia. Foto: Siswi SMAN 2 Ende bernama Maria Albertima Tima saat membacakan orasi tentang penggeloraan Pancasila di Universitas Flores, Kabupaten Ende, Selasa (31/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, ENDE -- Ribuan pelajar dan mahasiswa Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (31/5/2022), menggelorakan Pancasila dalam Simposium Nasional bertajuk Pembumiaan dan Penggeloraan Pancasila yang digelar di Universitas Flores. Kegiatan itu merupakan bagian dari rangkaian Peringatan Hari Lahir Pancasila ke-77 pada 1 Juni 2022 mendatang dan dipusatkan di Kabupaten Ende.

Ada 1.200 pelajar dan mahasiswa yang menghadiri acara itu. Dan, ada enam orang yang mewakili membacakan orasi tentang Pancasila di panggung.

Baca Juga

Di antaranya adalah Maria Albertina Tima, siswi kelas 11 SMAN 2 Ende. Dalam pidatonya, Maria menyinggung soal perpecahan yang jika dibiarkan maka akan membuat bangsa ini hancur.

Solusinya, kata Maria, sebagai generasi muda harus memahami empat konsensus. Yakni, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

"Kesimpulan atas lemahnya peran kebangsaan setiap pelaku adalah mereka tak memahami nilai-nilai luhur empat konsensus sebagai fondasi bangsa," kata Maria.

 

"Jika salah satu fondasi ini hilang, maka bangsa Indonesia akan hancur," kata Maria yang disambut dengan standing applause para hadirin.

 

Menurut Maria, dengan menjaga empat konsensus itu, maka Indonesia yang berkarakter  dan hebat akan terwujud. Selain itu, empat konsuseus itu jika diamalkan bisa mewujudkan setiap insan yang nasionalis dan patriotik.   

 

Pemuda lainnya yang berorasi lainnya adalah Ketua HMI Cabang Kupang Ibnu Tokan. Menurut Ibnu, Ende memang dikenal sebagai tempat inspirasi Bung Karno dalam menggali Pancasila.

Namun, masyarakat NTT jangan hanya mengenang masa lalu saja. Menurut dia, untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila, maka sumber daya manusianya perlu ditopang dnegan pendidikan.

"Ini untuk menghidupkan dan mempersiapkan generasi unggul Indonesia masa mendatang," kata Ibnu.

 

Simposium ini juga menghadirkan sejumlah tokoh sebagai narasumber. Di antaranya yaitu anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Rikard Bagun dan Gubernur NTT Victor Laiskodat.

photo
Anggota Dewan Pengarah BPIP Rikard Bagun saat menjadi narasumber simposium nasional penggeloraan Pancasila - (Dok Republika)

Dalam pemaparannya, Rikard menjelaskan bahwa Pancasila memang harus terus digelorakan. Ada sejumlah alasan, yakni karena Pancasila sebagai pemersatu bangsa.

Kemudian, bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan. Seperti, perubahan dunia yang sangat cepat.

Perubahan dunia saat ini tak hanya berbilang tahun, bulan, pekan, atau hari. Tetapi real time atau tomorrow is today. Dan, untuk menghadapinya ada prinsip makin cepat makin baik.

 

"Karena sejumlah tantangan itulah, kita butuh Pancasila sebagai pegangan. Karena dunia terus bergejolak baik dari sisi ekonomi, sosial, agama," kata Rikard.

 

Selain itu, permasalahan di dunia yang dihadapi oleh bangsa Indonesia ini juga kompleks. Karena, saling berkaitan seperti masalah ekonomi berhubungan dengan politik atau sebaliknya.

Masalah lainnya adalah adanya radikalisme. Yakni, radikalisme ideologi yang memunculkan ekstremisme dan perpecahan.

Kemudian, radikalisme pasar. Di mana, radikalisme ini mengakibatkan pengekploitasian alam dan manusia.

 

"Dalam kondisi ini kita perlu nilai-nilai Pancasila, tidak ada yang lain," kata Rikard.

Karena itu, Pancasila harus terus digelorakan. Dengan cara, penggeloran terus menerus.

"Ada istilah jika diucapkan terus menerus selama 100 tahun adalah mantra tapi jika sudah 1.000 tahun adalah doa. Maka Pancasila harus terus didoakan," kata Rikard.

 

Tidak hanya dengan ucapan, Pancasila juga harus ditunjukkan dengan keteladanan. Karena, keteladanan itu mengharumkan.

 

Kemudian, penggeloraan Pancasila juga harus dengan pendekatan. Di antaranya, pendekatan lewat pendidikan.

Sementara, Kepala Kesbangpol NTT Yohanes Oktavianus mengatakan, simposium ini adalah semangata membumikan Pancasila dari Ende untuk Indonesia.

Simposium ini merupakan kerja sama antara BPIP dan Pemprov NTT. Tujuannya yakni untuk membuat sesuatu yang membuktikan  nilai-nilai Pancasila melekat di masyarakat NTT.  Simposium ini diharapkan menghasilkan keputusan cerdas untuk membangun bangsa Indonesia dengan pendidikan yang berkarakter Pancasila.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement