Senin 08 Aug 2022 15:02 WIB

Kemenkeu: Kecil Dampak Konflik China dan Taiwan ke Indonesia

Dampak konflik Taiwan-China diperkirakan berupa rambatan terhadap ekonomi Indonesia.

Red: Nidia Zuraya
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, pesawat Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan latihan tempur bersama di sekitar Pulau Taiwan pada Minggu, 7 Agustus 2022. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menilai dampak konflik China dengan Taiwan yang sedang berlangsung terhadap perekonomian Indonesia sejauh ini cukup terbatas atau kecil.
Foto: Li Bingyu/Xinhua via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, pesawat Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan latihan tempur bersama di sekitar Pulau Taiwan pada Minggu, 7 Agustus 2022. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menilai dampak konflik China dengan Taiwan yang sedang berlangsung terhadap perekonomian Indonesia sejauh ini cukup terbatas atau kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menilai dampak konflik China dengan Taiwan yang sedang berlangsung terhadap perekonomian Indonesia sejauh ini cukup terbatas atau kecil, namun keadaan tersebut tetap harus diwaspadai."Sejauh ini memang belum terlihat ada dampak yang cukup signifikan, akan tetapi kita tetap harus waspada," ucap Febrio dalam acara Tanya BKF secara daring di Jakarta, Senin (8/8/2022).

Ia menjelaskan ketegangan Taiwan dengan China yang kini sedang berlangsung merupakan permasalahan geopolitik, sehingga jika dilihat dari segi perekonomian konflik tersebut memiliki risiko yang bersifat eksogen. Dengan demikian, konflik kedua negara bersifat di luar kontrol perekonomian Indonesia dimana dampaknya diperkirakan berupa rambatan atau spillover terhadap ekonomi domestik.

Baca Juga

Jika nantinya kondisi di sana memanas, Febrio mengaku akan terlebih dahulu mencermati potensi dampak konflik terhadap mobilitas perdagangan maupun pergerakan investasi."Karena kami sudah melihat apa yang terjadi di Ukraina dan dampaknya sudah kita rasakan. Dengan begitu kami sudah harus mengubah dan menyiapkan kebijakan kami terkait dengan perang di Ukraina," ujarnya.

Ia pun berharap ke depannya segera terjadi redanya konflik, baik di Ukraina maupun kawasan Asia, agar pertumbuhan ekonomi global maupun regional tetap bisa terjaga. Dalam konteks ini, diplomasi ekonomi dinilai akan terus dikedepankan meski permasalahan geopolitik lebih dari sekedar masalah ekonomi.

Namun diplomasi ekonomi harus bisa dilakukan lantaran dalam konflik geopolitik Rusia dan Ukraina sudah banyak negara yang terdampak, khususnya di negara miskin seperti Afrika.

Bahkan, lanjut Febrio, di dalam Presidensi G20, Indonesia sudah menyuarakan bagaimana banyak negara miskin sudah masuk ke dalam krisis pangan dan malnutrisi, sehingga mulai digaungkan suara-suara kemanusiaan supaya deeskalasi konflik semakin bisa terus diperjuangkan."Hal yang sama tentunya kami harap juga terjadi dalam konteks kondisi yang memanas di Asia ini, sehingga harapannya kita bisa terus menjaga kondisi perekonomian global," tegas Febrio.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement