Rabu 07 Sep 2022 17:00 WIB

Perindo Jaga Pasokan Ikan di Tengah Kenaikan BBM

Banyak nelayan yang kesulitan memperoleh BBM yang merupakan komponen operasional.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Pekerja mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis solar ke dalam jeriken milik nelayan di Stasiun Pengisian Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN), Desa Padang Seurahet, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa (6/9/2022). PT Perikanan Indonesia (Persero) atau Perindo mengupayakan tetap menjaga pasokan ikan aman di pasaran meski ada kendala yang dihadapi oleh para nelayan yang memasok kebutuhan bahan baku ikan.
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Pekerja mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis solar ke dalam jeriken milik nelayan di Stasiun Pengisian Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN), Desa Padang Seurahet, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa (6/9/2022). PT Perikanan Indonesia (Persero) atau Perindo mengupayakan tetap menjaga pasokan ikan aman di pasaran meski ada kendala yang dihadapi oleh para nelayan yang memasok kebutuhan bahan baku ikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perikanan Indonesia (Persero) atau Perindo mengupayakan tetap menjaga pasokan ikan aman di pasaran meski ada kendala yang dihadapi oleh para nelayan yang memasok kebutuhan bahan baku ikan. Hal ini merupakan imbas dari kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk operasional kapal nelayan.

Dalam situasi seperti ini, Perindo tetap merangkul dan tetap menjaga inkklusivitas nelayan dengan menjadi off taker atau standing buyer hasil tangkapan nelayan.

Baca Juga

Direktur Utama Perindo Sigit Muhartono menyampaikan, banyak nelayan yang mengalami kesulitan memperoleh BBM. Padahal, BBM menjadi salah salah satu komponen utama dalam biaya operasional para nelayan, di samping biaya gaji Anak Buah Kapal (ABK). Dengan kondisi seperti itu, para nelayan menjadi kesulitan melaut sementara biaya operasional kapal tetap harus ditanggung oleh mereka.

Sigit menilai hal itu menyebabkan berkurangnya produksi Perindo seiring kombinasi antara bahan baku produksi yang mahal dan pasokan ikan dari nelayan yang berkurang. Alhasil para nelayan menaikkan harga jual ikannya ke PT Perindo selaku standing buyer unyuk mengantisipasi kerugian nelayan.

“Kami membantu nelayan agar tetap bisa melaut dan pasokan ikan tetap terjaga untuk pasar domestik maupun internasional,” ujar Sigit dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (7/9/2022).

Untuk mengatasi kendala yang dialami nelayan terkait naiknya BBM, lanjut Sigit, PT Perikanan Indonesia berusaha memastikan bahwa area penangkapan ikan yang dituju oleh kapal memang terdapat banyak ikan, sehingga pemakaian BBM dapat lebih terukur dan efisien.

Selain itu, Sigit katakan, Perikanan Indonesia berkomitmen melakukan pengolahan ikan dengan membuat produk tersebut memiliki nilai tambah melalui hilirisasi yang bernilai jual lebih tinggi, sehingga dapat menghasilkan margin keuntungan yang lebih besar.

"Hal ini berlaku untuk produk olahan ikan yang bahan bakunya berasal dari hasil tangkapan kapal sendiri, nelayan, maupun mitra pemilik kapal," ucap Sigit.

Sigit mengatakan Perindo juga memberikan bantuan berupa pasokan es kepada nelayan ketika mereka hendak berlayar menangkap ikan tanpa harus membayar di muka.

“Hasil tangkapan ikan nelayan tersebut dibeli oleh PT Perindo, dan pasokan es tersebut diperhitungkan sebagai pengurang harga jual dari nelayan,” tambah Sigit.

Sigit menyampaikan perusahaan memperoleh pasokan bahan baku dari tiga sumber. Pertama, hasil tangkapan dari nelayan, di mana PT Perindo bertindak sebagai offtaker atau penyerap ikan tangkapan. Kedua, PT Perindo juga mendapat bahan baku dari hasil tangkapan dengan kapal milik perusahaan sendiri serta hasil tangkapan dari mitra pemilik kapal.

"Sejauh ini, bahan baku ikan diperoleh Perindo dari wilayah kerja perusahaan tersebut yang terdiri atas 12 cabang dan 18 unit usaha. Adapun total mitra nelayan Perindo berada di kisaran 1.400 nelayan," kata Sigit menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement