Soal Kehalalan Vaksin, DPR RI: Libatkan MUI

Pemerintah harus melibatkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam memastikan kehalalann

Republika/Iman Firmansyah
Habiburokhman
Rep: Ali Mansur Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya hingga saat ini sudah ada beberapa vaksin Covid-19 di dunia yang tengah diuji. Di antaranya, Vaksin Moderna yang dikembangkan oleh perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat, Vaksin AstraZeneca yang melibatkan Universitas Oxfordn, Inggris, dan Vaksin Sinovac yang diproduksi perusahan asal China, yang kini dipilih Pemerintah Indonesia. Namun, saat ini, belum ada keterangan resmi terkait jaminan kehalalan vaksin tersebut.


Menanggapi persoalan itu, anggota Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Habiburokhman menegaskan, memang sudah mestinya ada jaminan kehalalan Vaksin Sinovac nantinya. Namun saat ini, vaksin tersebut baru akan menjalani uji klinis tahap 3 di Indonesia. 

Oleh karena itu, dia meminta, agar pemerintah juga melibatkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam memastikan kehalalannya. "Kita harus cek semuanya, termasuk kehalalannya, saya pikir MUI bisa dilibatkan. Karena merekalah yang paham soal halal atau haramnya, dan itu standar semua jenis obat. Jadi MUI memang bisa dilibatkan dalam pengujian vaksin ini," ujar politikus Partai Gerindra  tersebut saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (22/7).

Habiburokhman meminta, agar masyarakat, terutama Umat Islam, tidak perlu mencemaskan kehalalan vaksin Sinovac tersebut nantinya. Yang penting saat ini, katanya, masyarakat tetap waspada dan selalu menerapkan protokol kesehatan di manapun. 

Apalagi uji klinis Vaksin Sinovac asal China jni membutuhkan waktu yang cukup lama, setidaknya hingga pertengahan 2021 mendatang. Uji klinis fase 3 adalah uji kkhasianya untuk mengetahui efektivitas dari Vaksin Sinovac tersebut melawan virus Corona.

"Semua pihak harus berkoordinasi bagaimana mempercepat uji vaksin sampai bisa digunakan oleh masyarakat. Baik Pemerintah, swasta harus saling bekerjasama, ini misinya bukan antar negara tapi misi kemanusiaan," tegas Anggota Komisi III DPR RI tersebut. 

Habiburokhman mengingatkan, agar masyarakat tidak menganggap kehadiran vaksin asal China di Indonesia ini perjuangan melawan Covid-19 selesai. Namun, masyarakat tetap harus mentaati protokol kesehatan, seperti physical distancing atau jaga jarak aman. Mengingat hingga saat ini kurva penularan wabah Covid-19 belum ada tanda-tanda akan menurun. Justru, kata dia, tingkat penyebaran virus asal Wuhan China ini sudah sangat ekstrim sekali.

"Memang adanya vaksin ini patut kita syukuri tapi jangan sampai membuat kita lengah. Kita masih berjuang, semoga pengujiannya (vaksin) bisa cepat," tutur Habiburokhman. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler