Guru Para Kiai, Syaikhona Kholil Bangkalan
Beberapa santrinya bisa tampil menjadi ulama panutan yang berpengaruh.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan merupakan salah satu guru para kiai se-Jawa, dan bahkan seluruh Indonesia. Banyak santri-santrinya yang kemudian menjadi ulama, di antaranya adalah KH Hasyim Asy’ari pendiri NU dan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhamamdiyah.
Syaikhona Kholil sangat luar biasa mengemban amanah sebagai seorang ulama atau guru. Dedikasinya itu pun membuahkan hasil yang sangat baik.
Beberapa santrinya bisa tampil menjadi ulama panutan yang berpengaruh. Mereka bisa dipertanggungjawabkan kualitas keilmuannya.
Lalu apa yang diajarkan Syaikhona Kholil kepada para santrinya? Dikutip dari buku berjudul 50 Pendakwah Pengubah Sejarah, dalam mendidik santri-santrinya, Syaikhona Kholil ternyata selalu menekankan sikap zuhud dan ikhlas saat menuntut ilmu.
Ia juga memiliki metode tersendiri dalam menggembleng para santrinya. Sebagai seorang pendidik, Syaikhona Kholil tidak mau hanya mengajar secara biasa saja, seperti membaca kitab kuning, meminta santrinya mendengarkan dan menulis pelajaran, kemudian mempelajarinya dan menghafalnya.
Sebagai kiai dan seorang pemimpin, Syaikhona Kholil juga selalu memikirkan rakyat. Ia tidak memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin dan intelektual yang hanya berada di dalam pesantren saja.
Tetapi, Syakhona Kholil terjun langsung untuk mengetahui seperti apa keadaan masyarakatnya sehingga mnegetahui kesulitan yang dihadapi masyarakat. Ia hadir sebagai pemimpin yang merakyat dan mengayomi semua kalangan.
Syaikhona Kholil lahir pada 27 Januari 1820 di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Bangkalan, Madura. Ia wafat pada 14 Mei 1923. Ia adalah salah satu tokoh ulama yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.