Bangun Tidur tak Segar Saat Pandemi? Mungkin Ini Penyebabnya

Inersia tidur biasanya terjadi karena tidur pada waktu yang tidak sesuai.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pola tidur.
Rep: Adysha Citra R Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah menyebabkan banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Beragam kegiatan yang semula sering dilakukan di luar, kini lebih banyak dilakukan dari dalam rumah.


Kondisi ini dapat berdampak signifikan bagi kondisi psikis seseorang. Sebagian mungkin merasa lebih mudah lesu dan lelah meski baru bangun di pagi hari.

"Istilah medis untuk kelelahan ini adalah inersia tidur," ujar psikiater konsultan dari Priory Hospital Roehampton Dr Natasha Bijlani, seperti dilansir The Independent, Ahad (7/2).

Perasaan seperti ini muncul ketika seseorang berada di antara fase tidur dan terbangun penuh. Seseorang yang terdampak oleh inersia tidur akan merasa mudah mengantuk, sulit berpikir jernih, dan juga bisa mengalami disorientasi dan ceroboh untuk sesaat setelah bangun tidur.

Profesor ilmu saraf dan psikologi dari University of California Matthew Walker mengatakan inersia tidur mulai terjadi ketiak kantuk masih tertinggal di otak. Dalam kondisi ini, seseorang tak bisa langsung merasa segar dan mulai berktivitas dengan lancar.

"Butuh waktu untuk pemanasan," jelas Walker yang menganalogikan kondisi ini seperti seseorang sedang menyalakan mobil tua.

Ada beragam hal yang dapat menyebabkan terjadinya inersia tidur. Sebagian di antaranya adalah tidur pada waktu yang tidak sesuai dengan kronotipe atau jam biologis tubuh, tidak mendapatkan durasi tidur yang cukup, kualitas tidur kurang baik, atau mengidap masalah tidur seperti apnea tidur.

Kondisi seperti ini memang bisa terjadi di luar situasi pandemi dan lockdown atau pembatasan aktivitas. Akan tetapi, keluhan inersia tidur tampak cukup meningkat di masa pandemi.

Profesor Colin Espie dari Sleep Medicine di University of Oxford mengatakan salah satu alasannya mungkin karena adanya penurunan paparan sinar matahari pagi yang alami. Ketika seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam rumah, sulit bagi dia untuk mendapatkan paparan sinar matahari.

Di masa pandemi, kondisi ini dapat disiasati dengan melakukan aktivitas sederhana di luar rumah dengan tetap memerhatikan protokol kesehatan. Misalnya berolahraga di halaman rumah atau berbelanja kebutuhan sehari-hari ke swalayan.

"(Matahari) merupakan sinyal biologis utama untuk kesiapsiagaan," pungkas Profesor Espie.

 

Profesor Espie juga mengatakan sinar matahari berperan dalam "mematikan tombol" hormon melatonin. Hormon melatonin meningkat ketika menjelang dan saat seseorang tidur, lalu mulai menurun di pagi hari dan berhenti oleh apparan cahaya.

Sebelum pandemi, orang-orang biasanya mendapatkan paparan sinar matahari pagi ini ketika pergi ke sekolah atau bekerja. Di masa pandemi, situasi ini mungkin tidak terjadi.

"Sehingga ada kemungkinan mereka akan memiliki kecenderungan mengantuk terutama sampai pertengahan pagi," tukas Profesor Espie.

Profesor Espie mengatakan paparan sinar matahari tak bisa tergantikan oleh lampu di dalam ruangan. Sinar matahari memiliki ratusan ribu lux, sedangkan lampu dalam ruangan yang terang kemungkinan hanya memiliki beberapa ratus lux.

Selain kurang paparan sinar matahari, perasaan lelah di pagi hari juga bisa dipicu oleh gangguan kecemasan yang kemudian menurnkan kualitas tidur. Ketika seseorang tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik, dia bisa merasa lelah ketika bangun di kemudian hari.

"(Di masa pandemi) sebagian besar dari kita akan merasakan kecemasan, meski itu hanya pada tingkat yang rendah, dan (kecemasan) itu mungkin mempengarhi kualitas dan durasi tidur kita," seru Dr Bijlani.

Agar terhindar dari kondisi ini, coba untuk mulai menerapkan rutinitas pagi dan malam hari. Biasakan bangun dan tidur di jam yang sama setiap hari meski tidak ada kegiatan tertentu yang harus dilakukan.

Kenali juga jam biologis dan seberapa lama durasi tidur yang sebenarnya dibutuhkan oleh diri sendiri. Hal ini penting diketahui, karena menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur juga dapat memunculkan perasaan lelah.

 

Bila mengalami kesulitan tidur di malam hari, coba ciptakan suasana yang emndukung untuk tidur. Seperti tempat tidur yang nyaman, rapi, dan tenang, serta menghindari penggunaan gawai dan konsumsi kafein menjelang tidur.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler