Perbedaan Dosis Ketiga dan Booster Vaksin Covid-19

Di AS, dosis booster vaksin Covid-19 diberikan secara terbatas.

EPA-EFE/DANIEL DAL ZENNARO
Vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech. Dosis booster berbeda dengan dosis ketiga vaksinasi Covid-19.
Rep: Farah Noersativa Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah warganya menjalani vaksinasi lengkap untuk memunculkan imunitas terhadap Covid-19, sejumlah negara memberikan dosis ketiga dan juga dosis penguat (booster). Namun, kedua istilah tersebut ternyata memiliki makna yang berbeda.

"Dosis ketiga dan dosis booster itu berbeda," kata Kepala petugas medis perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS) Walgreen, Dr. Kevin Ban, dilansir laman Today, Senin (27/9).

Menurut Ben, dosis ketiga vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna atau dosis kedua pada vaksin dosis tunggal Johnson&Johnson diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah (immunocompromised). Biasanya, mereka memiliki kondisi medis tertentu atau sedang menjalani pengobatan khusus.

Baca Juga


"Mereka membutuhkan dosis ketiga untuk mendapatkan level kekebalan yang dapat melindunginya dan ini sangat berbeda dengan dosis booster," jelas Ban.

Mereka yang menerima dosis ketiga vaksin memiliki kondisi seperti kanker, transplantasi organ atau sel punca, HIV, atau sedang dirawat dengan steroid dosis tinggi yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh. Hal itu pun disepakati oleh seorang dokter perawatan primer di Washington DC, Dr. Kavita Patel.

"Suntikan ketiga mengacu pada pemberian vaksin Covid-19 kepada orang dengan kondisi immunocompromised setelah mereka mendapatkan dosis lengkap. Jadi, Anda memerlukan tiga suntikan untuk divaksinasi sepenuhnya," ujar Patel.

Sementara itu, suntikan booster, menurut para ahli adalah dosis tambahan yang diperlukan setelah perlindungan dari dosis awal berkurang dari waktu ke waktu. Patel mengatakan, booster merupakan dosis penguat.

"Saya pikir itu ide yang sangat bagus, tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa Anda telah mendapatkan imunisasi lengkap. Anda masih divaksinasi lengkap tanpa booster," jelas dia.

Ban mengatakan, dosis penguat dibutuhkan oleh orang yang telah mendapat kekebalan setelah mendapatkan vaksin pertama, lalu seiring berjalannya waktu mulai melihat kekebalan yang berkurang. Biasanya itu terjadi sekitar enam bulan setelah vaksin.

"Kemudian, orang-orang itu perlu meningkatkan sistem kekebalan mereka, dan itu adalah hal yang sangat berbeda," kata Ban.

Di Amerika Serikat, vaksin booster saat ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang berada di kelompok yang memenuhi syarat yang sebelumnya menerima vaksinasi Covid-19 Pfizer. Suntikan booster untuk vaksin Moderna dan Johnson & Johnson belum disetujui, dan hanya ada sedikit data tentang efek mix n match vaksin tersebut dengan pemberian vaksin Pfizer sebagai booster.

Patel mengatakan, masyarakat sebaiknya tidak mendapatkan vaksin dari pengembang yang berbeda jika mereka sebelumnya menerima suntikan Moderna atau J&J. Namun, dia merekomendasikan suntikan booster Pfizer untuk pasien berisiko tinggi di panti jompo yang awalnya mendapatkan suntikan Moderna. Jadi mungkin ada pengecualian jika seseorang benar-benar membutuhkan peningkatan kekebalan.

"Jika Anda mendapatkan J&J atau Moderna dan Anda berusia di atas 65 tahun dengan kondisi berisiko tinggi tertentu, bicarakan dengan dokter Anda (tentang mendapatkan suntikan booster Pfizer)," kata Patel.

Ketiga suntikan tetap melindungi dari penyakit serius, rawat inap, dan kematian akibat Covid-19. Oleh sebab itu, Ban menekankan bagi mereka yang berada dalam kelompok yang memenuhi syarat untuk suntikan booster tidak perlu khawatir karena mereka menunggu suntikan booster Moderna dan J&J menerima persetujuan.

"Sangat penting bagi semua orang untuk mengetahui bahwa mereka tercakup dalam vaksin dosis pertama, jadi mereka baik-baik saja," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler