Ekonomi Babel Kuartal III Tumbuh 6,11 Persen
Pertumbuhan ini terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha.
REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) menyatakan perekonomian kuartal III 2021 berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) Rp 21.809 miliar. Angka itu tumbuh 6,11 persen dibandingkan kuartal III tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan ekonomi 6,11 persen ini, terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha kecuali lapangan usaha administrasi pemerintahan," kata Kepala BPS Provinsi Kepulauan Babel Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami di Pangkalpinang, Jumat (5/11).
Ia menjelaskan, lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib serta lapangan usaha jasa lainnya yang masing-masing terkontraksi sebesar 0,03 persen dan 5,04 persen. Sementara itu lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial mengalami pertumbuhan tertinggi 25,99 persen, usaha Industri Pengolahan tumbuh 11,13 persen, pengadaan listrik dan gas tumbuh 11,10 persen serta lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh 9,46 persen.
Struktur PDRB pada kuartal III 2021 didominasi lapangan usaha utama yakni industri pengolahan 21,49 persen, pertanian, kehutanan dan perikanan 20,13 persen, serta perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil, sepeda motor 14,54 persen.
Dwi mengatakan, penyumbang terbesar bagi penciptaan PDRB Provinsi Bangka Belitung yakni lapangan usaha industri pengolahan. Lapangan usaha ini mampu tumbuh signifikan di tengah pandemi Covid-19.
"Ini didorong oleh kinerja lapangan usaha industri logam dasar serta industri makanan dan minuman sebagai penyumbang terbesar kategori ini," kata dia.
Menurut Dwi, kenaikan harga timah yang cukup signifikan dimanfaatkan oleh para pelaku usaha sebagai peluang besar sehingga mendorong peningkatan produksi logam timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. "Industri makanan dan minuman yang ditopang oleh industri minyak kelapa sawit (CPO) mengalami kenaikan kapasitas produksi akibat dibukanya beberapa pabrik baru," ungkap Dwi.