3 Niat Membaca Alquran yang Harus Dihindari Muslim

Membaca Alquran harus disertai dengan niat yang tulus

EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Membaca Alquran harus disertai dengan niat yang tulus. Seorang anak membaca Alquran. Ilustrasi anak Muslim.
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Tujuan membaca Alquran adalah untuk mendapatkan petunjuk Allah ﷻ, lebih dekat dan mendapatkan ridha-Nya.  Agar mencapai tujuan tersebut maka setiap orang yang membaca harus memiliki niat yang benar.

Baca Juga


Dilansir di aboutislam.net, Alquran memang dapat membimbing namun seseorang akan tersesat jika memiliki niat yang salah. Sebagaimana  firman Allah surat Al Baqarah ayat 26 disebutkan: 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ

“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, "Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?" Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik.” 

Alquran adalah kalam Allahﷻ , oleh karena itu, membutuhkan niat dan kemurnian tujuan seperti halnya melaksanakan sholat. Jadi, ketika membaca Alquran harus menghindari niat berikut: 

Pertama, jangan membacanya hanya untuk pengajaran dan kesenangan intelektual. 

Meskipun  harus menggunakan  kecerdasan sepenuhnya untuk memahami Alquran. Namun sebaiknya tidak membaca Alquran untuk memenuhi kesenangan intelektual semata. 

Begitu banyak orang menghabiskan seumur hidup untuk mempelajari bahasa, gaya bahasa, sejarah, geografi, hukum dan etika Alquran, namun hidup mereka tetap tidak tersentuh oleh pesannya. Alquran sering mengacu pada orang-orang yang memiliki pengetahuan tetapi tidak memperoleh manfaat darinya. 

Kedua, tidak boleh berniat untuk menjadikan Alquran pendukung pendapat sendiri.  

Menggunakan Alquran semata-mata hanya  untuk mencari dukungan bagi pandangan, gagasan, dan doktrin sendiri tidak lah boleh dilakukan.

Baca juga: Sempat Kembali Ateis, Mualaf Adam Takjub Pembuktian Alquran

Karena jika melakukannya, mungkin akan mendengar gema dari suara  sendiri di dalamnya, dan bukan suara Allah. Pendekatan untuk memahami dan menafsirkan Alquran inilah yang dikecam  Nabi Muhammad ﷺ: 

مَن قالَ في القُرءانِ برَأيِه فَلْيَتَبَوّأ مَقعَدَه مِن النّار

“Barangsiapa yang menafsirkan Alquran dengan pendapat pribadinya, maka tempatnya di neraka ” (At Tirmidzi). 

Ketiga, tidak boleh digunakan untuk hal duniawi.  Tidak ada yang lebih disayangkan daripada menggunakan Alquran untuk mengamankan, bagi diri Anda sendiri, hal-hal duniawi seperti nama, harga diri, status, ketenaran atau uang. 

Tetapi mungkin seseorang bisa mendapatkannya, tetapi pasti akan menukar harta yang tak ternilai dengan gratis, bahkan menimbulkan kerugian dan kehancuran abadi.

Nabi Muhammad ﷺ mengatakan bahwa orang yang belajar, membaca dan mengajarkan Aquran untuk pengakuan duniawi akan dilemparkan ke dalam Neraka (Muslim). 

Jangan pernah lupa bahwa dengan memahami, menyerap, dan mengikuti Alquran, kita telah dijanjikan pahala yang jauh lebih besar, di dunia ini dan di akhirat. Inilah yang harus kita tuju. Sebagaimana dalam firman Allah ﷻsurat Al Baqarah ayat 207: 

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhaan Allah. Dan Allah Mahapenyantun kepada hamba-hamba-Nya.” 

Urgensi niat 

Niat selalu disyariatkan sebagaimana diungkapkan dalam Alquran dan hadits. Dalam Alquran, diungkapkan dengan kata-kata ikhlas dan mukhlis yang berkaitan erat dengan niat. Seperti dalam surah Al Baqarah ayat 139, Al A'raf ayat 29, Yunus ayat 22, Al Ankabut ayat 65, az-Zumar ayat 2, 11, dan 14, Luqman ayat 32, serta Al Bayyinah ayat 5.

Dalam hadits didapati beberapa sabda Rasulullah ﷺ yang berbicara tentang niat. Seperti hadis dari Umar bin Khattab: 

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى “Setiap perbuatan (hanya sah) dengan niat dan setiap orang akan mendapatkan imbalan sesuai dengan niatnya”. (HR Bukhari Muslim). Hadits lain dari Abu Hurairah menyebutkan: 

 إِنَّ الله لا يَنْظُرُ إِلى أَجْسامِكْم، وَلا إِلى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ

“Allah tidak memandang seseorang berdasarkan kondisi fisik dan rupanya. Melainkan kepada hatinya.” (HR Muslim).

Hikmah dan kegunaan disyariatkannya niat, antara lain untuk membedakan antara ibadah dalam arti khusus (mahdah) dan perbuatan lainnya atau antara perbuatan yang disyariatkan dan perbuatan lainnya yang berupa kebolehan saja. Seperti menahan diri dari makan dan minum dengan niat melaksanakan puasa berbeda dengan sekadar untuk menjaga kesehatan tubuh (yang tidak perlu memakai niat).

Baca juga: Kian Dalami Islam, Mualaf Thenny Makin Yakin Kebenarannya

Niat juga berfungsi membedakan antara satu ibadah mahdah dengan ibadah mahdah lainnya. Niat untuk sholat wajib dibedakan dengan niat untuk sholat sunah, begitu juga niat untuk shalat wajib yang satu dibedakan dengan sholat wajib lainnya. Niat juga berfungsi membedakan apakah perbuatan-perbuatan yang dilakukan itu tujuannya kepada Allah ﷻ. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler