Suka Pakai Smartwatch? Waspadai Efek Negatif Nocebo
Penggunaan smartwatch dapat memicu efek nocebo atau pikiran negatif.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang memilih menggunakan smartwatch atau jam pintar saat berolahraga karena dinilai mampu mempermudah dirinya untuk mencapai goal tertentu. Entah itu untuk melihat jarak tempuh lari, waktu tempuh, hingga denyut nadi saat berolahraga.
Namun di sisi lain, smartwatch juga bisa memicu masalah baru bagi mental Anda. Utamanya ketika Anda gagal mencapai jarak tempuh lari atau jalan yang diharapkan. Pada akhirnya, alih-alih membantu, penggunaan smartwatch hanya akan memicu efek nocebo atau pikiran negatif yang bisa bikin penggunannya mengalami kecemasan atau masalah mental lainnya.
Kata nocebo berasal dari bahasa latin yang berarti “aku akan membahayakan”. Dalam kedokteran, efek nocebo diartikan sebagai suatu keadaan ketika substansi yang sebenarnya tak menyebabkan rasa sakit membuat seseorang mengalami rasa sakit akibat kepercayaan atau persepsi.
Pelacakan non-stop dari smartwatch diyakini bisa mengarah pada kecemasan. Sebut saja efek nocebo dari “Fitbit Anxiety”, smartwatch yang bisa mengukur skor pada tingkat stres penggunanya. Dalam tingkatan stres tertentu, alat itu akan memberikan notifikasi perintah ke penggunanya untuk bergerak. Sayangnya, notifikasi ini sering kali diartikan sebagai kewajiban, yang kemudian bisa memicu kecemasan.
Ambil contoh anjuran untuk mencapai 10 ribu langkah sehari. Ini seperti perintah yang otoriter, di mana ketika Anda tidak mencapai angka tersebut, Anda akan merasa bersalah dan dianggap gagal dalam mencapai kebugaran. Padahal, beberapa dokter mengatakan bahwa jumlah langkah atau capaian apapun yang dipatok smartwatch tidak bisa jadi acuan untuk semua orang.
Di luar perasaan perfeksionisme, penelitian menunjukkan bahwa ada konsekuensi yang berpotensi berbahaya bagi pasien yang mengandalkan smartwatch untuk mengukur kesehatan mereka. Sebuah studi pada 2019 tentang bagaimana pasien dengan pengalaman penyakit jantung melacak aktivitas diri melalui smartwatch, menemukan bahwa hal itu jauh lebih bermasalah daripada menguntungkan.
Dalam studi tersebut, pasien tidak menerima bantuan menafsirkan data, seperti bagaimana rata-rata pengguna Fitbit atau Apple Watch tidak berkonsultasi dengan dokter mereka setiap hari.
“Kami menemukan lebih banyak sisi buruknya bagi pasien. Misalnya, jika pasien melihat bahwa mereka tidak tidur selama yang dianjurkan, mereka tidak akan nyaman dan takut bahwa data menunjukkan hal itu akan memperburuk penyakit mereka,” kata salah satu peneliti studi, Tariq Osman Andersen, seperti dilansir di Life Hacker, Selasa (18/1/2022).
Fakta penting yang perlu diingat adalah bahwa smartwatch dirancang sebagai perangkat konsumen, bukan perangkat klinis. Jadi jangan terlalu "diperbudak" oleh alat tersebut. Pastikan Anda bisa mengelola smartwatch sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.
Sejauh ini, banyak aplikasi kebugaran dan gadget telah mengakui efek mental negatif yang ditimbulkan. Misalnya, Fitbit telah membuat bergerak jauh dari tujuan 10 ribu langkah ke arah lebih luas yang disebut Active Zone Minutes (AZM) yang berfokus pada tingkat aktivitas mingguan. Namun tetap saja, Fitbit dilengkapi dengan kemampuan untuk melacak tingkat stres Anda.
Hati-hati jika melihat tingkat stres yang tinggi karena itu bisa membuat Anda semakin stres. Sebagai solusi, mungkin Anda bisa mematikan notifikasi. Dengan cara ini, Anda dapat memiliki kontrol lebih besar ketika Anda benar-benar ingin mengakses data di smartwach.
Anda juga dapat mengatur waktu untuk melepas jam tangan sesuai dengan keinginan. Misalnya ketika Anda akan berkumpul bersama teman, dan tidak ingin diganggu oleh smartwatch yang akan memberitahu bahwa Anda perlu mengambil 500 langkah lagi hari ini, Anda bisa mencopotnya.
Intinya, jika Anda memutuskan untuk memakai gadget kebugaran, pastikan bahwa Anda bisa mengatasi masalah efek nocebo dan jangan korbankan kesehatan mental Anda untuk 10 ribu langkah.