Batuk-Flu Doang, Mengapa Kini Disarankan Tes PCR?
Masyarakat diminta untuk menjalani tes PCR jika mengalami batuk dan pilek.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat yang mengalami batuk dan flu diserukan untuk langsung menjalani tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di tengah meluasnya penyebaran varian omicron dari SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Mengapa harus tes PCR?
Menurut Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban, tes PCR diperlukan untuk mendapatkan diagnosis pasti. Apalagi, gejala Covid-19 terkait varian omicron bisa tumpang tindih dengan batuk dan flu, bahkan banyak juga yang tidak bergejala.
"Di Amerika Serikat, beberapa puluh persen pasien kasus omicron saat masuk rumah sakit awalnya tidak didiagnosis sebagai omicron," kata Prof Zubairi, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (27/1/2022).
Prof Zubairi mengatakan, pasien-pasien tersebut diopname karena gejala lain yang diduga penyakit bukan Covid-19. Misalnya radang paru dan influenza.
Saat ini, menurut Prof Zubairi, pengurutan keseluruhan genom (whole genome sequencing/WGS) di Indonesia mengungkap sebagian besar sampel merupakan varian omicron, meski itu tidak dilakukan secara acak. Ia berpendapat, lebih baik masyarakat menjalani tes PCR untuk mengetahui kepastian penyakitnya.
"Jadi, kalau bisa langsung tes PCR, tetapi kalau mau tes antigen dulu juga boleh. Kalau ada gejala infeksi, memang tes antigen banyak gunanya, tetapi kalau tanpa gejala, ya tes PCR," ujar Prof Zubairi.
Tes PCR, menurut Prof Zubairi, bukan cuma perlu dilakukan oleh pelaku perjalanan luar negeri. Apalagi, kasus omicron sedang menanjak di Tanah Air dan penularan omicron terus terjadi. Bahkan, saat ini sudah banyak terjadi transmisi lokal.
Sementara itu, Erlina Burhan selaku dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta mengatakan, gejala yang menjadi pembeda flu dengan varian omicron ialah nyeri tenggorokan dan tenggorokan gatal. Ia mengingatkan masyarakat untuk memeriksakan diri bila mengalami gejala nyeri tenggorokan, batuk, dan pilek.
"Gejala yang sering dirasakan pasien omicron adalah seperti batuk kering, nyeri tenggorokan, tenggorokan gatal, merasa kelelahan dan mudah lelah, hidung tersumbat atau pilek, demam, nyeri kepala, kadang mual/muntah, sesak napas, dan meskipun jarang ada juga yang mengalami diare," kata Erlina yang juga juru bicara Satgas Covid-19 Pengurus Besar IDI, dalam keterangannya, dikutip Kamis (27/1/2022).
Prof Tim Spector dari King’s College London, juga pernah menganjurkan saran yang sama ketika varian delta menyapu Inggris saat musim dingin 2021. Ia mengatakan, ada banyak orang yang pilek dan flu, namun sulit membedakannya dengan Covid-19.
Spector menjelaskan bahwa ada beberapa gejala yang sangat menonjol dari Covid-19. Hilangnya kemampuan indra penciuman dan pengecap, salah satunya.
"Jika Anda merasa sakit, selalu lakukan tes, bahkan dengan alat yang cepat dan mudah, meski Anda hanya mengira mengalami pilek," kata Spector, dikutip The Sun.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengimbau masyarakat agar segera melakukan testing jika merasakan gejala varian omicron, seperti batuk dan flu. Langkah testing ini dinilai diperlukan mengingat gejala tersebut sulit dibedakan dengan gejala batuk dan flu biasa.
"Mengingat gejala omicron yang ringan dan sulit dibedakan dengan batuk atau flu biasa, pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk segera melakukan testing bila merasakan gejala tersebut, tidak pergi ke area publik, atau melakukan isolasi mandiri jika terdapat gejala seringan apa pun," ujar Luhut saat konferensi pers evaluasi PPKM melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Senin (24/1/2022).
Luhut mengatakan, pemerintah akan terus melakukan langkah mitigiasi untuk mencegah keparahan kenaikan kasus varian omicron saat ini. Salah satunya dengan mendorong akselerasi vaksin primer dan booster bagi seluruh masyarakat.