Studi: Orang yang Punya Pasangan Tetap Lebih Mudah Tidur Dibandingkan yang Lajang

Tidak cukup tidur atau kualitas tidur buruk dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Republika
Orang yang mempunyai pasangan tetap lebih mudah tidur dibandingkan yang lajang. (ilustrasi)
Rep: Shelbi Asrianti Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kualitas relasi yang dimiliki rupanya dapat memengaruhi seberapa baik seseorang tidur. Hal tersebut terungkap lewat survei terkini yang dilakukan terhadap orang dewasa Australia.

Baca Juga


Studi diklaim sebagai yang pertama menyoroti bagaimana hubungan yang dijalani dapat berdampak pada kondisi tidur. Hasil temuan itu akan diterbitkan dalam jurnal Sleep Science edisi Maret 2022.

"Kami menemukan bahwa orang yang tinggal dengan pasangan tetap akan cenderung tertidur lebih cepat dibandingkan orang yang lajang, meskipun waktu tidur dalam semalam tidak terkait dengan status hubungan," ujar para peneliti.

Untuk mendapatkan hasil tersebut, tim bertanya kepada hampir 800 orang dewasa Australia tentang status hubungan. Sementara, kualitas tidur mereka dinilai menggunakan versi singkat Pittsburgh Sleep Quality Index, yang telah diverifikasi sebagai ukuran tidur yang valid.

Rata-rata orang yang tinggal dengan pasangan tetap tidur 10 menit lebih cepat dari kelompok lainnya. Waktu 10 menit mungkin tidak terdengar signifikan, tetapi penelitian menunjukkan empat hingga delapan menit saja dapat menjadi perbedaan antara pengidap insomnia dan tidur yang sehat.

Ketika dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa peserta perempuan lebih mungkin terpengaruh oleh status hubungan dibandingkan pria. Perbedaan itu hanya terlihat ketika peneliti meninjau latensi tidur.

Latensi tidur merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan sejak meredupkan lampu (bersiap-siap akan tidur) hingga sudah terlelap. Ukuran utama lainnya, yakni jumlah total tidur semalam, tidak tergantung pada status hubungan.

Secara umum, seseorang disarankan tidur selama tujuh hingga sembilan jam setiap malam. Namun, sekitar 40 persen orang Australia melaporkan belum melakoninya. Padahal, tidak cukup tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Beberapa dampak negatif yang bisa terjadi yaitu kesehatan jantung yang buruk, masalah perut, kesehatan mental yang buruk, dan risiko kecelakaan atau cedera yang lebih besar. Ada sejumlah hal yang dapat memengaruhi kualitas tidur.

Kekhawatiran mengenai pekerjaan, tanggung jawab keluarga, dan kondisi kesehatan termasuk beberapa di antaranya. Studi yang telah dilakukan juga memperkuat teori bahwa status hubungan berpengaruh pada kualitas tidur.

Penjelasannya berkaitan dengan faktor psikologis serta kebutuhan akan ikatan sosial yang kuat untuk merasa aman. Itu sebabnya relasi yang baik disinyalir memicu kualitas tidur yang lebih baik, dikutip dari laman The Conversation, Rabu (2/3/2022).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler