Ukraina tak Percaya Gencatan Senjata Rusia

Ukraina sebut sangat sulit untuk mempercayai penjajah

AP/Vadim Ghirda
Anggota Pusat Gabungan untuk Kontrol dan Koordinasi tentang gencatan senjata garis demarkasi, atau JCCC, mengamati kawah dari peluru artileri yang mendarat di dekat sebuah sekolah di Vrubivka, salah satu dari setidaknya delapan yang mendarat di desa hari ini, menurut penduduk setempat. pejabat, di wilayah Luhansk, Ukraina timur, Kamis, 17 Februari 2022.
Rep: Lintar Satria Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Angkatan Bersenjata Ukraina merespon proposal gencatan senjata Rusia. Dalam unggahan di aplikasi kirim pesan Telegram mereka mengatakan pihak Rusia mengumumkan "silence regime" atau gencatan senjata untuk membuka koridor kemanusiaan pada 9 Maret di Ibukota Kiev.

"Rusia meminta Ukraina untuk menyetujui jam dan membuka jalur koridor kemanusiaan dan mengirimkan notifikasi pada perwakilan kedutaan-kedutaan asing, PBB, OSCE (Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa), dan Palang Merah pada 9 Maret pukul 02:00 di Kiev," kata Angkatan Bersenjata Ukraina seperti dikutip CNN, Rabu (9/3/2022).  

"Sulit untuk mempercayai penjajah," tutup Angkatan Bersenjata Ukraina dalam unggahan tersebut.

NPR melaporkan Rusia melanggar gencatan senjata sebelum-sebelumnya. Pasukan Angkatan Bersenjata Rusia terus menembaki kota-kota Ukraina dengan roket meski gencatan senjata sudah diumumkan.

Dalam rapat Dewan Keamanan PBB, Perwakilan Permanen Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya mengatakan Rusia mengajukan proposal gencatan senjata untuk membuka koridor kemanusiaan agar warga sipil bisa keluar dari Ukraina yang terkepung. Sebelumnya Ukraina menolak usulan Moskow untuk mengevakuasi pengungsi ke Rusia.

Kiev menggambarkan rencana tersebut "sama sekali tidak bermoral." Nebenzia mengatakan pasukan Rusia akan mengobservasi gencatan senjata yang dimulai mulai pukul 10:00 pagi waktu Moskow. Membuka koridor kemanusiaan di Kota Kyiv, Kharkiv, Chernihiv, Sumy dan Mariupol.

"Kebetulan, proposal ini tidak meminta warga harus dikirim ke Rusia, ke wilayah Rusia," kata Nebenzia seperti dikutip Aljazirah.

"Juga ada tawaran evakuasi menuju kota-kota Ukraina di barat Kiev, dan pada akhirnya orang-orang akan memilih sendiri kemana mereka ingin dievakuasi," katanya.

Namun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia mengingkari perjanjian gencatan senjata sebelumnya. Ia juga menuduh Rusia mencoba menghentikan masyarakat mengungsi dengan menanam bahan peledak di jalan.

“Ada kesepakatan tentang koridor kemanusiaan. Apakah akan berhasil? Sebagai gantinya tank-tank Rusia, Grads Rusia (peluncur roket ganda), ranjau Rusia yang bekerja,” kata Zelensky dalam sebuah video yang diposting di Telegram.

Zelensky juga mengatakan pasukan Rusia menghancurkan bus yang akan mengevakuasi warga sipil dari zona pertempuran. Ia mengatakan usulan koridor kemanusiaan hanya propaganda.


Baca Juga


Dalam rapat darurat Dewan Keamanan PBB, Kepala Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Martin Griffiths mengatakan OCHA mendesak adanya jalur aman untuk mengirimkan bantuan ke kota-kota yang dikepung.

"Warga di tempat-tempat seperti  Mariupol, Kharkiv, Melitopol dan tempat-tempat lainnya sangat membutuhkan bantuan, terutama pasokan obat-obatan untuk menyelamatkan nyawa," kata Griffiths yang juga mendesak semua pihak memastikan warga sipil, rumah-rumah dan infrastruktur Ukraina dijaga.  

"Termasuk mengizinkan warga sipil meninggalkan wilayah pertempuran aktif dengan sukarela melalui jalur aman, ke arah yang mereka pilih sendiri," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler