Kemendag: Stok Bahan Pangan Ramadhan dan Idul Fitri Masih Aman

Pemerintah lakukan mitigasi inflasi bahan pangan Ramadhan dan Idul Fitri

Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Ilustrasi stok bahan pangan beras. Pemerintah lakukan mitigasi inflasi bahan pangan Ramadhan dan Idul Fitri
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri 2022/1443H disebut stabil. 

Baca Juga


Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Oke Nurwan, dalam Webina “Antisipasi Ketersediaan Pangan saat Ramadhan dan Idul Fitri,” yang digelar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jumat (18/3/2022), menjelaskan dari data BPS, terlihat minyak goreng, telur ayam, daging ayam, dan cabai rawit menyumbang deflasi pada Februari 2022, sedangkan inflasi terjadi pada cabai merah dan bawang merah.  

Sebagai bahan perbandingan bahan makanan yang mengalami inflasi selama puasa dari tahun ke tahun dapat terlihat, pada puasa-Lebaran 2018 (Mei-Juni) bahan makanan yang mengalami inflasi di antaranya, daging ayam, telur ayam, dan bawang merah, pada puasa-lebaran 2019 (Mei-Juni) inflasi terjadi pada daging ayam, bawang putih, cabai rawit, cabai merah, dan gula pasir. 

Sementara itu pada puasa-lebaran 2020 (April-Mei) inflasi terjadi pada daging sapi, daging ayam dan bawang merah sedangkan pada puasa-lebaran 2021 (Apr-Mei) inflasi terjadi pada daging ayam dan minyak goreng.

Dia menyatakan dari data yang ada, dapat dipastikan bahwa stok komoditi bahan pangan utama masih mencukupi baik yang terdapat pada pelaku usaha pangan maupun pasar induk. “Hanya dua komoditi yang stoknya di bawah normal yakni cabai merah dan bawang merah,” ujar dia.    

Namun demikian, pemulihan pandemi dan iklim geopolitik global menyebabkan kenaikan indeks pangan dunia dan kenaikan komoditas yang bergantung dari impor seperti gandum, daging sapi, dan kedelai. 

"World Bank, FAO, dan badan badan dunia lainnya menyatakan harga pangan dunia pada 2022 mengalami kenaikan,"ujar dia. 

Penyebab kenaikan harga diantaranya, pertama, pandemi Covid-19 berdampak pada kenaikan harga angkutan laut, keterbatasan tenaga kerja, kenaikan harga energi ). 

Kedua, kenaikan harga pupuk ( naik 131 persen ) dan iklim (wilayah Amerika Latin, Kanada, dan Australia). Ketiga, perang Rusia-Ukraina sebagai negara produsen gandum utama dunia.  

Dia mengatakan pada Ramadhan-Idul Fitri mendatang, komoditas bahan pokok yang berpotensi menjadi pendorong inflasi di antaranya, kedelai, daging sapi, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.

“Namun demikian pemerintah telah melakukan upaya mitigasi untuk keempat bahan pokok tersebut,” ujar dia.   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler