Antisipasi Cacar Monyet, Pakar: Perlu Perketat Transportasi Hewan

Transportasi hewan perlu diperketat, khususnya dari negara terkena wabah.

(CDC via AP)
Foto yang dipasok CDC pada 1997 memperlihatkan kulit lengan kanan dan dada seorang pasien ditumbuhi lesi cacar monyet. Selama lesi masih ada, pasien cacar monyet masih bisa menularkan penyakitnya.
Rep: Wahyu Suryana Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kasus cacar monyet atau monkeypox sempat mewabah di Inggris pada awal Mei 2022. WHO menerima laporan kasus terjadi di 11 negara non endemik. Global Change Data Lab 2022 mencatat, 700 kasus terkonfirmasi sampai awal Juni 2022.

Baca Juga


Melihat penularan antarmanusia kini tergolong tinggi, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof Wayan Tunas Artama mengimbau, kegiatan surveilans difokuskan ke fasilitas kesehatan dengan target kasus dan kelompok probabel.

Berkaca dari wabah cacar monyet di Amerika Serikat pada 2003, ia menekankan, pembatasan dan transportasi hewan perlu dipertimbangkan, bahkan diperketat. Terutama, dari daerah-daerah endemik dan negara-negara dengan wabah tersebut.

Sedangkan, hewan yang diduga telah kontak hewan terinfeksi perlu karantina serta ditangani sesuai standar pencegahan dan dilakukan observasi gejala cacar monyet selama 30 hari. Namun, ia turut meminta masyarakat tidak khawatir berlebihan.

Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan orang bergejala. Adapun gejala penyakit di manusia memiliki kemiripan penyakit cacar. Beberapa tanda yang muncul seperti demam melebihi 38,5 derajat celcius.

Lalu, kelemahan, menggigil dengan atau tanpa keringat, nyeri tenggorokan dan batuk, pegal-pegal, pembengkakan kelenjar limfa, sakit kepala. Diikuti dengan ruam makulopapular berbatas jelas, vesikular, pustular dan lesi berkeropeng.

"Masa inkubasi cacar monyet berkisar 6-13 hari," kata Wayan, Senin (6/6/2022).

Cacar monyet merupakan penyakit zoonotik yang menular dari hewan ke manusia saat mengonsumsi atau kontak langsung hewan terinfeksi. Ditransmisi lewat satwa liar dari hewan pengerat seperti tikus dan tupai dan primata yaitu kera dan monyet.

Secara kontak langsung dapat pula terjadi antar hewan. Penularan dari manusia ke manusia utamanya melalui droplet pernafasan yang umumnya perlu kontak erat cukup lama. Dapat pula kontak langsung dengan cairan tubuh atau materi lesi cacar.

Lalu, lewat kontak tidak langsung dengan benda dan permukaan terkontaminasi. Pencegahan lain jaga kebersihan tangan, rutin mencuci memakai sabun, memakai masker, hubungan seksual yang aman, menerapkan etika batuk/bersin yang benar.

"Edukasi dan peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap faktor resiko dapat dijadikan strategi utama untuk menurunkan paparan terhadap virus cacar monyet," ujar Wayan.

Pakar biokimia dan biologi molekuler ini menambahkan, vaksinasi dapat mencegah cacar monyet. Studi Regnery 2007, vaksin cacar atau orthopoxvirus lain seperti virus vaccinia mampu memberikan perlindungan parsial terhadap infeksi monkeypox.

Pada 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui vaksin Jynneos untuk mencegah cacar monyet dengan efektivitas 85 persen. Cacar monyet sendiri merupakan penyakit endemik di Afrika barat dan tengah.

Virus ini memiliki dua clade genetik berbeda, clade Afrika Barat dan clade Congo Basin. Data WHO 2022 menyebutkan tingkat kematian clade Congo Basin dilaporkan lebih tinggi dibandingkan clade Afrika barat, berurutan 10 persen dan 1 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler