Hipertensi Bisa Serang Anak Sejak Umur 6, Faktor Ini Pencetusnya

Hipertensi dulu hanya dikaitkan dengan orang dewasa.

www.freepik.com
Anak bermain ponsel (ilustrasi). Hipertensi dan obesitas pada masa kanak-kanak secara bertahap dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan strok di kemudian hari.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak aktif bergerak, terlalu banyak mengonsumsi makanan manis dan asin serta obesitas menyebabkan sembilan dari 10 kasus tekanan darah tinggi pada anak dan remaja. Temuan tim internasional ini didasarkan pada anak berusia enam hingga 16 tahun dengan hipertensi di seluruh Eropa.

Rekomendasi diet untuk mengatasi kondisi ini termasuk meningkatkan konsumsi buah, sayuran segar, dan makanan berserat tinggi lainnya. Lalu, mengurangi garam dan menghindari minuman bersoda dan lemak jenuh. Yang terakhir ini ditemukan dalam makanan ultraproses seperti burger, piza, nugget ayam, keripik dan makanan siap saji.

Penulis pertama studi dari University of Naples Federico II di Italia, Profesor Giovanni de Simone, mengatakan bahwa anak-anak harus melakukan setidaknya satu jam olahraga sedang hingga berat setiap hari seperti jogging, bersepeda atau berenang. Anak juga tak diimbau tidak lebih dari dua jam untuk aktivitas pasif seperti main gim dan sebangsanya.

"Anak obesitas menghabiskan terlalu banyak waktu untuk duduk di sofa, dan jarang main di taman untuk bermain sepak bola, rugby atau kriket. Orang tua harus disalahkan dalam hal ini, karena seharusnya mereka seharusnya mempromosikan gaya hidup aktif dan sehat," kata de Simone, seperti dilansir laman Express, Jumat (29/7/2022).

Simone mengatakan, tekanan darah tinggi dan atau obesitas kerap terjadi bersamaan dalam keluarga yang sama. Namun, jika itu tidak terjadi, perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat harus melibatkan semua anggota keluarga.

"Orang tua juga harus memantau jumlah waktu yang dihabiskan anak-anak mereka untuk menonton TV atau menggunakan ponsel," kata dia.

Sasaran yang realistis harus ditetapkan untuk berat badan, diet, dan aktivitas fisik yang berfokus pada aspek yang paling membutuhkan perbaikan. Mencatat berat badan, kebiasaan makan, dan olahraga dari waktu ke waktu dapat membantu anak dan semua anggota keluarga dalam melacak progressnya.

Menulis di The European Heart Journal, Prof de Simone dan rekan menyarankan sistem penghargaan yang meningkatkan kesehatan. "Insentif yang ideal adalah meningkatkan dukungan sosial dan memperkuat nilai perilaku yang ditargetkan, seperti bersepeda keluarga atau berjalan-jalan dengan teman," kata dia.

Dokumen tersebut mengacu pada obesitas dan hipertensi masa kanak-kanak sebagai dua hal yang secara bertahap menjadi bahaya kesehatan yang serius. Ini dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan strok di kemudian hari.

Baca Juga


Gejala hipertensi - (Republika)


Hipertensi anak menjadi lebih umum karena epidemi obesitas. Kurang dari dua persen anak-anak dengan berat badan normal mengalami hipertensi, dibandingkan dengan lima dan 15 persen dari kelebihan berat badan dan obesitas.

"Peningkatan hipertensi pada masa kanak-kanak menjadi perhatian besar karena dikaitkan dengan persistensi hipertensi dan masalah kardiovaskular lainnya selama masa dewasa," kata Prof de Simone.

Diagnosis dini tekanan darah tinggi sangat penting, supaya bisa dikelola dengan gaya hidup dan jika diperlukan bisa dibantu obat-obatan. Bahkan satu pengukuran tekanan darah oleh dokter atau perawat dapat mengidentifikasi anak-anak dengan tekanan darah tinggi.

"Skrining harus dilakukan di fasilitas perawatan primer setidaknya setiap tahun, terlepas dari gejalanya. Ini karena hipertensi pada anak-anak, seperti pada orang dewasa, biasanya tidak menunjukkan gejala," tambah Prof de Simone.

Tekanan darah tinggi yang dikenal sebagai pembunuh diam-diam dulu hanya dikaitkan dengan orang dewasa. Ketika pengukuran tekanan darah menunjukkan hipertensi, riwayat medis dan pemeriksaan fisik dapat menentukan penyebab potensial dan mengidentifikasi perilaku.

Tanda-tanda hipertensi antara lain sakit kepala, mimisan, vertigo, gangguan penglihatan, kinerja sekolah rendah, kesulitan perhatian, sesak napas, nyeri dada, jantung berdebar, dan pingsan. Pada tahap awal, pengobatan hipertensi anak harus fokus pada edukasi dan perubahan perilaku.

Jika target penurunan tekanan darah tidak tercapai, obat dosis rendah tunggal harus diberikan. Jika satu obat tidak efektif, dosis kecil dua obat mungkin diperlukan.

Tim peneliti mengimbau agar instansi kesehatan masyarakat memprioritaskan pencegahan dan penanganan hipertensi pada anak dan remaja. Misalnya dengan kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan risiko tekanan darah tinggi pada generasi muda dan dampak positif dari gaya hidup sehat termasuk aktivitas fisik, makanan bergizi, diet rendah garam dan gula, dan tidak merokok.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler