Omicron BA.5 Bikin Penyintas Lebih Mudah Terinfeksi Ulang, Bisa Rusak Sel Otot Jantung

Studi di Portugal mengungkap bahaya infeksi omicron BA.5.

Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Peneliti dari Portugal mengungkap dua temuan terbaru mengenai Covid-19 yang berkaitan dengan infeksi subvarian omicron BA.5.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Subvarian omicron BA.5 tampak memiliki kemungkinan lebih besar untuk menyebabkan reinfeksi dan sakit berat bila dibandingkan dengan subvarian omiron lainnya. Tak hanya itu, peneliti juga menemukan bahwa spike protein SARS-CoV-2 bisa merusak sel otot jantung.

Hal ini diketahui melalui sebuah studi dari Portugal yang berlangsung selama April-Juni lalu. Studi ini melibatkan data dari 15.396 pasien Covid-19 dewasa yang terinfeksi dengan BA.2 dan 12.306 pasien Covid-19 dewasa yang terinfeksi dengan BA.5.

Dari seluruh kasus tersebut, ditemukan adanya 10 persen kasus reinfeksi pada pasien yang terinfeksi BA.5. Kasus reinfeksi pada pasien yang terinfeksi BA.2 hanya 5,6 persen.

Temuan ini mengindikasikan bahwa perlindungan yang terbentuk dari infeksi BA.5 tampak mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan infeksi BA.2. Selain itu, tim peneliti menemukan bahwa efektivitas vaksin tampak mengalami penurunan dalam mencegah sakit berat akibat BA.5, bila dibandingkan BA.2.

Sebagai perbandingan, vaksin booster dapat menurunkan risiko perawatan di rumah sakit akibat infeksi BA.2 sebesar 93 persen. Vaksin booster juga dapat menurunkan risiko kematian pada kasus BA.2 sebanyak 94 persen

Di sisi lain, vaksin booster dapat menurunkan risiko perawatan di rumah sakit akibat infeksi BA.5 sebesar 77 persen. Pemberian booster juga dapat menurunkan risiko kematian akibat infeksi BA.5 sebesar 88 persen.

"Meski vaksinasi booster Covid-19 masih memberikan perlindungan yang besar terhadap kondisi berat akibat infeksi BA.5, bukti menunjukkan diperlukan adanya penyesuaian upaya kesehatan masyarakat di tengah lonjakan BA.5," jelas tim peneliti, seperti dilansir Fox News, Senin (1/8/2022).

Studi berbeda juga menemukan bahwa spike protein pada permukaan SARS-CoV-2 dapat memicu kerusakan pada jantung. Studi ini dilakukan dengan menggunakan jantung tikus. Dalam studi ini, tim peneliti berupaya membandingkan dampak dari spike protein SARS-CoV-2 dan virus corona lain terhadap jantung tikus.

Hasil studi menemukan bahwa hanya spike protein dari SARS-CoV-2 yang bisa menyebabkan disfungsi, pembesaran, dan inflamasi pada jantung. Pada sel otot jantung yang terinfeksi, tim peneliti juga menemukan bahwa hanya spike protein SARS-CoV-2 yang bisa berinteraksi dengan protein TLR4. Protein TLR4 berperan dalam mengenali "penyusup" asing di tubuh dan memicu respons inflamasi atau peradangan.

Pada jenazah pasien Covid-19, tim peneliti pun menemukan adanya spike protein SARS-CoV-2 dan protein TLR4 pada sel otot jantung dan sel lainnya. Baik spike protein SARS-CoV-2 maupun protein TLR4 tak ditemukan pada jantung manusia sehat.

"Itu berarti, sekali jantung terinfeksi SARS-CoV-2, pensinyalan TLR4 akan teraktivasi," ungkap Zhiqiang Lin dari Masonic Medical Research Institute.

Baca Juga


Baca juga : Frank's Sign: Tanda Peringatan Serangan Jantung yang Ada di Cuping Telinga

Temuan tersebut menunjukkan bahwa spike protein virus penyebab Covid-19 bersifat toksik bagi sel-sel otot jantung. Sifat toksik ini berasal dari kemampuan spike protein SARS-CoV-2 dalam mendorong terjadinya peradangan pada sel otot jantung.

Penyebaran omicron BA.4 dan BA.5. - (Republika)


Studi berbeda dalam Nature Microbiology menemukan bahwa kombinasi antibodi monoklonal baru bisa mencegah dan mengobati infeksi omicron pada monyet. Kombinasi ini terdiri dari antibodi bernama P2G3 dan P5C3.

Kombinasi kedua antibodi tersebut bisa mengenali area spesifik spike protein yang digunakan SARS-CoV-2 untuk masuk ke dalam sel. P5C3 diketahui dapat memblok semua varian SARS-CoV-2 sampai omicron BA.2, sedangkan P2G3 dapat menetralisir semua varian SARS-CoV-2 terdahulu sekaligus bisa memblok BA.4 dan BA.5.

"P2G3 bahkan efektif dalam melawan sebagian BA.2 atau mutan BA.4/BA.5 yang mampu menghindari bebtelovimab," jelas Dr Didier Trono dari Swiss Institute of Technology.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler