Peneliti Ungkap Perbedaan Otak Orang Sholat dan Ateis
Perbedaan orang sholat dan ateis ditemukan di bagian terpenting otak, lobus frontal.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Thomson Jefferson University Hospital and Medical College Amerika Serikat Andrew Newberg menemukan hubungan yang kuat antara aktivitas otak dan praktik keagamaan, khususnya ibadah sholat. Ia menemukan perbedaan aktivitas otak orang yang taat beragama sebelum sholat, setelah sholat, dan orang ateis sebelum bermeditasi dan setelah bermeditasi.
Perbedaan ditemukan di bagian terpenting otak, lobus frontal. Dia mempelajari efek sholat pada otak manusia dan apa yang terjadi di dalam kepala mereka saat sholatdengan menyuntikkan pewarna radioaktif yang tidak berbahaya ke subjek dan mengamatinya melalui mesin pemindai. Dia mengamati pemindaian otak para Imam Muslim, biksu Tibet, dan ateis yang bermeditasi.
Dalam artikel Status of Brain during Prayers: Scientific Analysis yang diterbitkan About Islam dijelaskan ada enam komponen di dalam otak, yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital, lobus temporal, otak kecil, dan batang otak.
Lobus frontal sendiri mewakili hampir sepertiga dari seluruh otak. Ini adalah wilayah otak terakhir yang berkembang dan yang pertama mengalami penurunan aktivitas seiring bertambahnya usia. Lobus frontal ini disebut sebagai bos otak dan terletak tepat di belakang dahi.
Lobus frontal terutama terlibat dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pengorganisasian, memori kerja, manajemen diri, dan mengelola emosi. Lobus frontal membentuk kepribadian seseorang dan bertanggung jawab atas keterampilan kognitif mereka. Selain itu, lobus frontal aktif selama percakapan, dan memungkinkan berbicara dan mendengarkan secara aktif.
Sementara, lobus parietal terletak di bagian belakang otak dan dibagi menjadi dua belahan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Newberg, lobus parietal juga sangat terpengaruh selama sholat dan meditasi.
Secara umum, fungsi utamanya adalah memproses informasi sensorik tentang lokasi pemrosesan bagian-bagian tubuh. Lobus pareintal juga menafsirkan informasi visual dan bahasa proses dan matematika. Meskipun demikian, semua komponen otak bekerja secara kohesif untuk berfungsinya tubuh manusia.
Dalam penelitian ini, Newberg juga mengungkapkan hasil pemindaian aktivitas otak. Ada dua gambar otak yang ditunjukkan. Otak tersebut milik Perawat Fransiskan, yang telah berdoa kepada Tuhan setiap hari selama 34 tahun, sebelum dan sesudah berdoa. Setelah berdoa, lobus frontal perawat itu menunjukkan tingkat aktivitas yang meningkat.
Perbedaan Ateis dan Orang Sholat
Dalam penelitiannya, Newberg juga menunjukkan gambar-gambar otak yang diambil sebelum dan sesudah seorang ateis bermeditasi dan merenungkan keberadaan Tuhan. Tidak ada perbedaan relatif antara pemindaian otak yang dilakukan sebelum meditasi dan sesudahnya.
Oleh karena itu, penelitian ini ingin membuktikan bagi orang yang tidak percaya kepada Tuhan, meditasi tidak memberikan perbedaan dan peningkatan tingkat aktivitas yang sama seperti yang dilakukan oleh orang yang beriman. Ini karena bagi ateis, Tuhan tidak terbayangkan.
Ketika orang percaya menggambarkan perasaan mereka dengan Tuhan, deskripsi mereka bukan hanya isapan jempol dari imajinasi mereka. Mereka adalah realitas fisik. Oleh karena itu, bagi mereka yang mengklaim Tuhan hanya ada di otak, otaklah yang mengkristalkan realitas.
Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka seolah memantapkan firman Tuhan. Allah SWT berfirman dalam Alquran bahwa kitab suci diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta.
Sebagai kesimpulan, Andrew Newberg berkata, “Otak kita diatur sedemikian rupa sehingga Tuhan dan agama menjadi salah satu alat yang paling kuat untuk membantu otak melakukan tugasnya, pemeliharaan diri dan transendensi diri. Kecuali ada perubahan mendasar dalam cara kerja otak kita, Tuhan akan ada untuk waktu yang sangat lama.”
Sebagaimana Allah menyebutkan kepada kita dalam Alquran, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Alquran itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS Surat Fussilat [41]:53).