Penguin Afrika Kian Terancam Punah, Terusik Kebisingan Pengisian Bahan Bakar Kapal di Laut
Kebisingan aktivitas pengisian bahan bakar kapal di laut ganggu penguin afrika.
REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Penguin afrika yang sudah terancam punah kian terusir dari habitat aslinya di lepas pantai timur Afrika Selatan. Kondisi itu terjadi akibat kebisingan dari pengisian bahan bakar kapal.
Jumlah penguin Afrika di pulau St Croix di Teluk Algoa--yang pernah menjadi koloni perkembangbiakan burung terbesar di dunia ini--telah merosot. Penurunan ini terjadi sejak Afrika Selatan mulai mengizinkan kapal-kapal di daerah itu untuk mengisi bahan bakar di laut, sebuah proses yang dikenal sebagai bunkering, enam tahun lalu.
Teluk Algoa terletak di jalur pelayaran yang sibuk di sepanjang pantai timur Afrika Selatan. Daerah ini kaya akan kehidupan laut dan burung serta tempat paus berkeliaran.
"Kami menemukan tingkat kebisingan, yang tadinya sudah tinggi, menjadi dua kali lipat sejak bunkering dimulai," ujar pejabat direktur Institut Penelitian Pesisir dan Kelautan di Nelson Mandela University, Lorien Pichegru.
Para ilmuwan sebelumnya telah menemukan, tingkat kebisingan yang meningkat memengaruhi kemampuan hewan laut untuk mengarungi perairan untuk menemukan mangsa. Suasana bising juga mengacaukan komunikasi dan navigasi penguin.
"Tahun ini kami memiliki 1.200 pasangan pembiakan di St Croix dari 8.500 pasangan pada tahun 2016, penurunan hampir 85 persen sejak bunkering dimulai di Afrika Selatan," kata pemimpin penelitian yang telah ditinjau sejawat dan diterbitkan pada 10 Agustus 2022 di jurnal Science of the Total Environment.
Studi baru ini adalah yang pertama untuk mengeksplorasi dampak polusi suara lalu lintas maritim pada burung laut. Penelitian ini pun menunjukan konsekuensi dari kegiatan bunkering lepas pantai pada tingkat kebisingan bawah air.
Otoritas Keselamatan Maritim Afrika Selatan (SAMSA) pada 2016 memberikan lisensi operator bunkering lepas pantai pertama negara itu kepada Aegean Marine dalam tender tertutup yang kontroversial. Setelah itu, masih ada dua lisensi berikutnya untuk SA Marine Fuels dan Heron Marine masing-masing pada 2018 dan 2019.
Seorang pejabat SAMSA mengatakan, moratorium izin baru yang berlaku sejak Agustus 2019 hanya akan dicabut setelah penilaian dampak lingkungan diselesaikan oleh otoritas pelabuhan. Penilaian diharapkan berlangsung tahun depan.
Studi Nelson Mandela University menggunakan data alat identifikasi kapal untuk memperkirakan kebisingan bawah air dari kapal sebagai proxy untuk kebisingan ambien bawah air di daerah tersebut. Pada 2019, penguin yang terlumuri minyak ditemukan di Teluk Algoa setelah tumpahan minyak dari bunker kapal ke kapal dan para konservasionis menyerukan agar bunkering dilarang di teluk.
Pichegru mengatakan, penguin di pulau St Croix sudah berjuang untuk berkembang biak karena berbagai tantangan. Salah satunya dari industri penangkapan ikan yang membuat mangsa penguin semakin langka.
"Bunkering tidak membunuh semua penguin, itu hanya hal yang membuat seluruh ekologi terbalik dan kemudian penguin tidak bisa mengatasinya," katanya.