Di Forum OKI, Erdogan Peringatkan Efek Meningkatnya Islamofobia
Erdogan memperingatkan bahaya Islamofobia di seluruh dunia terutama Eropa
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan terhadap legitimasi sentimen anti-Islam, yang telah membatasi kebebasan beribadah dan kebebasan lainnya bagi umat Islam di berbagai tempat di seluruh dunia. Peringatan ini dia sampaikan dalam pertemuan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul.
Menurut Laporan Islamofobia Eropa 2021, masalah Islamofobia telah menjadi ancaman yang berkembang di seluruh Eropa, karena beberapa negara memberlakukan kebijakan yang melembagakannya.
Negara-negara seperti Inggris dan Prancis menjadi tempat utama munculnya kebencian anti-Muslim dan insiden Islamofobia.
Erdogan telah menjadi kritikus vokal terhadap kebangkitan Islamofobia di tengah keheningan dan kelambanan Barat dalam menghadapi masalah yang berkembang, yang mempengaruhi jutaan Muslim.
Menurutnya serangan yang menargetkan komunitas Muslim juga meningkat. Karenanya dia meminta negara-negara Muslim untuk meningkatkan kerja sama di tengah masalah yang sedang berlangsung.
"Kami tidak dapat mengatasi serangan terhadap dunia Muslim tanpa meningkatkan kerja sama di semua lini, dari Kashmir hingga Palestina, dari Thrace Barat hingga Republik Turki Siprus Utara (TRNC)," katanya dilansir dari Anadolu Agency, Sabtu (22/10/2022).
Presiden juga mengkritik Barat karena kemunafikannya mengenai kelompok teroris Daesh, dengan mengatakan bahwa dukungan raksasa semen Prancis Lafarge untuk terorisme telah terbukti di pengadilan.
“Meskipun kami adalah satu-satunya negara yang terlibat dalam pertempuran jarak dekat dan memenangkan kemenangan melawan Daesh, kami menjadi sasaran tuduhan kotor yang mengklaim sebaliknya,” katanya.
Raksasa semen Prancis Lafarge akan membayar lebih dari tiga perempat miliar dolar setelah mengaku bersalah atas tuduhan Amerika Serikat, memberikan dukungan material kepada dua kelompok teroris yang ditunjuk termasuk Daesh di Irak dan Suriah.
Lafarge membayar kelompok teroris dari 2013 hingga 2014 untuk perlindungan dan untuk memungkinkan kelanjutan operasi pabrik semen di Suriah utara, yang dijalankan oleh anak perusahaan lokal Lafarge, Lafarge Cement Syria (LCS).
Secara total, hampir 6 juta dolar dikirim ke kedua kelompok, menurut jaksa. Pembayaran tersebut memungkinkan karyawan perusahaan untuk melewati pos pemeriksaan di sekitar pabrik semen Jalabiya dan perusahaan "akhirnya setuju" untuk membayar Daesh berdasarkan volume semen yang dijual, yang oleh para eksekutif disamakan dengan membayar "pajak," menurut Departemen Kehakiman Amerika Serikat.
Sumber: dailysabah