Bisakah Hipertensi Jadi Indikasi Gula Darah Sedang Rendah?
Gangguan gula sering kali disertai dengan perubahan tekanan darah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gula darah rendah memiliki tanda awal seperti berkeringat, merasa lelah, pusing, merasa lapar, gemetar, dan jantung berdebar. Gula darah rendah juga bisa terjadi saat tidur. Hal ini bisa membuat Anda terbangun pada malam hari atau menyebabkan sakit kepala atau kelelahan ekstrem.
Penelitian menunjukkan, tekanan darah tinggi terkadang bisa menjadi gejala gula darah rendah, meskipun gangguan gula darah dan hipertensi sering dipandang sebagai dua kondisi kesehatan terpisah yang tampaknya tidak memiliki hubungan satu sama lain. Dilansir laman The Health Site, Jumat (17/3/2023), orang dengan diabetes tipe 1 sering mengalami gula darah rendah. Cara tubuh bereaksi terhadap penurunan glukosa darah dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
Ketika glukosa darah berada di bawah 70 mg/DL atau lebih rendah, tubuh mungkin melepaskan hormon katekolamin (umumnya dikenal sebagai hormon adrenalin) untuk memicu peningkatan kadar glukosa dalam darah. Ketika kadar gula darah naik, tubuh akan melepaskan insulin untuk mengatur metabolisme glukosa. Insulin, yang merupakan hormon utama yang terkait dengan metabolisme glukosa, memiliki hubungan dengan produksi oksida nitrat di pembuluh darah.
Gas ini sangat penting untuk vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah di dalam tubuh) yang akhirnya menurunkan tekanan darah. Insulin memblokir kemampuan tubuh untuk membuat oksida nitrat. Itu menghasilkan vasodilatasi yang buruk dan peningkatan tekanan darah rendah.
Akibatnya, gangguan gula sering kali disertai dengan perubahan tekanan darah. Kadang-kadang, semua kondisi ini dapat terjadi bersamaan dan ini mungkin berada di bawah payung sindrom metabolik yang dapat meningkatkan risiko kardiovaskular.
Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai silent killer karena biasanya tidak menunjukkan gejala apa pun. Sebaliknya gula darah rendah bisa terjadi dengan gejala yang jelas yakni kelelahan ekstrem, tremor atau gemetar, berkeringat, palpitasi jantung, pusing kebingungan, kejang, pingsan, dan koma. Jika tidak ada intervensi medis, kondisi tersebut berpotensi mengancam jiwa.