Mantan PM Israel Sebut Anak-Anak Jenin yang Dibunuh Pasukan Israel adalah Teroris

Operasi militer Israel di Jenin telah membunuh empat anak-anak dibawah 18 tahun.

EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Ratusan pelayat Palestina bergabung dalam prosesi pemakaman 13 warga Palestina yang tewas dalam serangan tentara Israel di kota Jenin, Tepi Barat, 05 Juli 2023.
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Dalam sebuah wawancara, penyiar BBC Anjana Gadgil menyoroti tentang serangan militer Israel baru-baru ini di kota Jenin, Tepi Barat. Dia menyatakan dalam wawancara dengan mantan perdana menteri Israel Naftali Bennett, operasi militer itu telah membunuh empat anak-anak dibawah umur 18 tahun.

Baca Juga


"Militer Israel menyebut ini sebagai 'operasi militer', tetapi kita sekarang tahu bahwa anak muda dibunuh, empat di antaranya berusia di bawah delapan belas tahun. Apakah itu yang benar-benar ingin dilakukan oleh militer? Untuk membunuh orang berusia antara 16 antra 18 tahun?" ujar pembawa acara tersebut dalam siaran yang dibagikan oleh Bennett di akun Youtube pada Rabu (5/7/2023).

Tapi, Bennett berpendapat bahwa 11 orang yang terbunuh di Jenin adalah "milisi". "Fakta bahwa ada teroris muda yang memutuskan untuk mengangkat senjata adalah tanggung jawab mereka," ujarnya.

Bennett justru mengklaim bahwa milisi yang dikirim dari kamp pengungsi Jenin alam beberapa tahun telah membunuh 50 warga Israel dalam beberapa kasus. Jenin dinilai sebagai pusat dari teror, sehingga pasukan Israel harus masuk ke sana dan menetralkan wilayah tersebut.

Menurut Bennett, semua yang mati dalam operasi tersebut adalah teroris. "Teroris, tapi anak-anak," ujar pembawa acara BBC menanggapi pernyataan Bennett tersebut.

Kemudian Gadgil menyatakan "Pasukan Israel dengan senang hati membunuh anak-anak." Namun, Bennett langsung menyangkal pernyataan tersebut dengan menyatakan para anak-anak itu membunuh warga Israel.

Baca Juga: UEA Jadi Negara Pertama yang Sumbang Dana ke Jenin

Bennett pun membuat pengandaian dengan menyatakan, jika ada anak Palestina berusia 17 tahun membunuh keluarga Gadgil dan memaksa tanggapannya. "Bagaimana kamu menyebut orang berusia 17 tahun dengan senjata menembak dan keluargamu?," ujarnya.

Gadgil menegaskan, pembicaraan itu tidak membahas tentang pegadaian tersebut. Dia pun menegaskan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut para korban tersebut adalah anak-anak, walau Israel mencap mereka adalah teroris.

"PBB mendefinisikan mereka adalah anak-anak, kita tahun terdapat empat orang berusia antara 16 hingga 18 tahun dalam penyerangan yang ditargetkan, jangan lupakan, ini penyerangan yang ditargetkan," ujar Gadgil.

Bennett pun bersikeras mereka  memiliki dasar pengertian yang berbeda karena mereka menargetkan warga sipil, sedangkan militer menargetkan teroris. Dia menilai lawan bicaranya justru melontarkan pernyataan yang tidak bisa diterima.

"Ini sangat bertolak belakang, kami melakukan hal yang benar, mereka membunuh warga sipil," kata mantan perdana menteri Israel itu.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan Israel telah mengerahkan kekuatan berlebihan saat menggelar operasi di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat. Dia memperingatkan Israel agar tak meningkatkan aksi kekerasan.

“Ada kekuatan berlebihan yang digunakan oleh pasukan Israel,” ujar Guterres kepada awak media di New York saat mengomentari operasi pasukan Israel di Jenin, Kamis (6/7/2023), dikutip laman resmi Al Arabiya.

 

Dia mengatakan, operasi terbaru pasukan Israel di Jenin, yang turut mengerahkan serangan udara, merupakan kekerasan terburuk di Tepi Barat dalam beberapa tahun terakhir. “Dengan dampak yang signifikan terhadap warga sipil, termasuk lebih dari 100 orang terluka dan ribuan orang terpaksa mengungsi,” ucapnya.

Guterres mengungkapkan, Israel memiliki kekhawatiran yang sah atas keamanannya. “Namun, eskalasi bukanlah jawabannya. Ini hanya mendukung radikalisasi dan mengarah pada siklus kekerasan serta pertumpahan darah yang semakin dalam,” katanya.

“Memulihkan harapan rakyat Palestina dalam proses politik yang bermakna, yang mengarah ke solusi dua negara dan mengakhiri pendudukan, merupakan kontribusi penting Israel untuk keamanannya sendiri,” tambah Guterres.

Pasukan Israel melakukan penyerbuan ke kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat, pada Ahad (2/7/2023) malam. Dalam keterangannya, militer Israel mengatakan, mereka menargetkan sebuah bangunan yang diduga menjadi pusat komando Brigade Jenin, sebuah kelompok perlawanan Palestina.

Operasi pasukan Israel tak berjalan mulus karena mendapatkan perlawanan dari warga Palestina. Bentrokan dan baku tembak pecah. Konfrontasi di Jenin berlangsung hingga Senin (3/7/2023) malam. Dalam operasinya, pasukan Israel juga merusak infrastruktur, termasuk rumah warga, jaringan pipa air, dan jalanan.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sedikitnya 12 warga Palestina tewas dalam operasi pasukan Israel di Jenin. Sementara korban luka mencapai lebih dari 100 orang. Sekitar 3.000 penduduk juga terpaksa mengungsi selama operasi pasukan Israel berlangsung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler