Vokalis The 1975 Suka Bikin Ulah: Ciuman Gay Hingga Mengolok Islam

Tak hanya ciuman gay, vokalis The 1975 pernah beberapa kali mengolok Islam.

EPA-EFE/Carlos Ortega
Vokalis band The 1975 Matty Healy. Sebelum melakukan ciuman gay, Healy berkali-kali terlibat kontrooversi, termasuk yang menyangkut Islam.
Rep: Rahma Sulistya Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vokalis The 1975, Matty Healy, terkenal suka membuat ulah yang membuat banyak orang geram. Tak hanya melakukan aksi tak bermoral saat manggung di Malaysia dengan ciuman gay, dia bahkan telah beberapa kali mengolok-olok Islam.

Baca Juga


Healy pernah menyebut bahwa dirinya ateis sehingga banyak yang menyebutnya Islamofobia. Dia telah menyatakan sebuah penghinaan terhadap Islam. Healy menggunakan ateisme-nya untuk memilih menyudutkan Islam dan menyebarkan informasi yang salah tentang agama Islam.

Pada 2014 misalnya, dia menggunakan Twitter untuk mengeklaim bahwa ISIS dan Islam adalah hal yang sama. Dia sepenuhnya menolak pengguna Twitter lain yang mencoba menjelaskan bahwa alasan pernyataan Healy tidak akurat dan berbahaya.

Sejak saat itu, cicitan Twitter Healy itu telah dihapus, tetapi seorang pengguna yang berdebat dengannya telah mengambil tangkapan layar percakapan dan mengunggah utas ke Tumblr.

Pengguna terlihat menjelaskan kepada Healy bahwa ISIS bertentangan dengan Islam dalam banyak hal, serta pengguna itu mendorong musisi untuk mendapatkan info yang benar dan belajar tentang agama Islam sebelum menyebarkan informasi yang salah. Healy mengabaikan mereka dan malah menanyakan apa hukuman untuk kemurtadan dalam Islam. Healy lantas membagikan foto yang menyatakan bahwa, ‘Orang punya hak. Ide tidak memiliki hak’, lalu menyatakan bahwa dia akan menghapus cuitannya itu.

Dlansir laman The Mary Sue, pada 2017, Matty juga dituduh me-retweet unggahan dari kelompok kebencian Islam sebelum menghapusnya karena serangan balasan. Dia juga mengunggah "lelucon" Islamofobia yang kasar di Instagram Story-nya.

Dia melanjutkan kata-kata kasar pada cuitan Twitter lainnya pada 2019. “Saya harus bangun setiap hari dan membaca sesuatu yang menjijikkan yang terjadi atas nama agama,” tulis dia saat itu, dan itu ditujukan untuk Islam.

Dia juga menyindir bahwa dia "tertindas" sebagai seorang ateis dan haknya perlu dilindungi. Meskipun ia tidak menjelaskan seperti apa bentuk penindasan yang dilakukan umat Islam padanya, sehingga seperti hanya omong kosong seorang Islamofobia.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler