Ekonom Proyeksikan The Fed Naikkan Suku Bunga Maksimal 5,5 Persen

Setelah keputusan The Fed pada, FFR diperkirakan tidak akan naik lagi.

AP Photo/Seth Wenig
Ekonom Senior The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip memproyeksikan The Fed masih akan mempertahankan suku bunganya pada Juli 2023 sebesar 5,25 persen.
Rep: Rahayu Subekti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip memproyeksikan The Fed masih akan mempertahankan suku bunganya pada Juli 2023 sebesar 5,25 persen. Jika tetap dinaikan, Sunarsip memperkirakan The Fed Fund Rate (FFR) tidak akan meningkat terlalu tinggi.

Baca Juga


“Kalau naik maksimal menjadi 5,5 persen,” kata Sunarsip kepada Republika.co.id, Senin (24/7/2023).

Dia menilai level FFR tersebut akan menjadi level tertinggi selama 2023. Artinya, kata Sunarsip, setelah keputusan The Fed pada 26 Juli 2023, FFR diperkirakan tidak akan mengalami kenaikan lagi.

“Diperkirakan, level FFR yang diputuskan The Fed pada rapat Juli ini akan bertahan hingga akhir 2023,” tutur Sunarsip.

Dia menjelaskan, tertahannya FFR tersebut karena inflasi di Amerika Serikat (AS) berhasil diturunkan. Sunarsip mengatakan inflasi AS menjadi di bawah tiga persen secara tahunan pada Juni 2023.

Seiring dengan terkendalinya inflasi di AS, Sunarsip menilai, FFR akan kembali menurun pada 2024. “Dengan level FFR yang diperkirakan tertahan di level 5,25 persen ataupun kalau naik hanya mengalami kenaikan secara terbatas menjadi 5,50 persen,” jelas Sunarsip.

Sebelumnya, Wall Street diproyeksikan pada pekan ini akan dihadapkan dengan reli saham AS. Hal itu dikarenakan The Fed diperkirakan akan menaikan suku bunga sebagainbagianndaeinsiklus pengetatan kebijakan moneter pada Juli 2023.

Dikutip dari Reuters, Senin (24/7/2023), investor secara luas mengantisipasi bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan 26 Juli 2023. Banyak juga yang berharap tanda-tanda bahwa pembuat kebijakan lebih percaya diri mengenai inflasi akan terus berkurang.

Hal itu diharapkan akan menghilangkan kebutuhan Fed untuk menaikkan biaya pinjaman lebih jauh. Selain itu juga dapat membantu menopang saham dalam beberapa pekan terakhir.

"Sebagian besar pasar masih didorong oleh makro dan inflasi. Apa yang Fed lakukan dan katakan pekan ini sangat penting," kata Kepala Investasi di Advisors Asset Management, Cliff Corsoz. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler