Habib Kribo Heran Saf Ponpes Al Zaytun Dipersoalkan: Di Makkah Shalat Bercampur Perempuan
Habib Kribo sebut masalah ritual tidak boleh dipersekusi ke ranah hukum
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pegiat media sosial, Zen Assegaf atau akrab disapa Habib Kribo mempertanyakan pihak-pihak yang mempersoalkan shalat Al Zaytun karena saf mereka berbeda dengan pada umumnya. Menurut Zen, di Makkah shalat juga bercampur.
"Di Makkah aja itu shalat bercampur dengan perempuan, masalah gini tak bisa ditanggapi dengan hukum ajak dialog," katanya menegaskan, dalam dialog di salah satu televisi nasional, Senin (2/8/2023).
Menurut, Habib Kribo masalah ritual tidak boleh dipersekusi ke ranah hukum. Nabi kata itu, menghukum kalau melakukan kesalahan universal seperti mencuri. "Nabi dalam Piagam Madinah itu melindungi semua agama. Nabi tidak memask dalam keimanan. Ajarkan dengan hikmat," katanya.
Ia justru menyayangkan sejumlah pihak yang seolah mencari-cari kesalahan Panji Gumilang dan Al Zaytun. Dari mulai sertifikat hingga galangan kapal. Kasus Al-Zaytun, kata ia, sudah menyimpang dari yang diharapkan di awal seperti radikalisme dan anti-Pancasla. "Kalau cari kesalahan setiap orang pasti ada salah, jangan semua ke Al Zaytun," katanya.
Sebelumnya sempat viral shalat berjarak ponpes Al Zaytun dengan salah seorang wanita berada di posisi depan. Panji Gumilang dalam program Andy F Noya pernah mengatakan. kalau hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan sholat kemudian ada wanita di depan, ia mengedepankan fiqih sosial mengangkat harkat martabat wanita yang selama ini terpinggirkan, dan kini baru dimulai di angkat dalam politik.
"Itu pun baru 30 persen. Sedangkan pemahaman yang saya punya berdasarkan Alquran sama. Innal muslimina, wal muslimat, wal mu'minina wal muminat wal qonitin wal qonitat. Tidak pernah dikesampingkan, sejajar, nah kalau soal itu saja lantas sesat menyesatkan bagaimana dunia? Itu hak asasi manusia untuk menjalankan ibadah menurut keyakinannya dasar kami di Alquran," kata Panji Gumilang menjawab pertanyaan yang dilontarkan wartawan Andy F Noya.
Saf perempuan
KH Ali Mustafa Yaqub dalam buku Imam Perempuan menjelaskan, dalam agama Islam sholat merupakan sebuah perbuatan saat hamba Allah SWT bermunajahah atau beraudiensi dengan Khaliknya. Dalam saat-saat seperti itu diperlukan kekhusyukan.
Banyak hadits yang mengatur posisi perempuan, dan apa yang harus perempuan lakukan ketika sedang sholat dengan kaum laki-laki. Misalnya, tentang posisi perempuan ketika sholat berjamaah dengan kaum laki-laki.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Shaf (barisan dalam shalat) yang terbaik bagi laki-laki adalah shaf depan, dan shaf yang terburuk bagi mereka adalah shaf terakhir. Sedangkan shaf terbaik bagi kaum perempuan adalah shaf yang terakhir dan yang terburuk bagi mereka adalah shaf terdepan.”
Dijelaskan bahwa hadits ini secara kontekstual diartikan dalam konteks sholat berjamaah yang terdiri dari kaum laki-laki dan perempuan.
Posisi kaum perempuan berada di belakang kaum laki-laki, dan di antara mereka tidak ada tabir seperti yang terjadi pada masa Nabi SAW.
Shaf perempuan yang terdepan berdekatan dengan shaf laki-laki dengan shaf yang terakhir. Kedekatan ini akan mengundang munculnya gangguan-gangguan, antara lain ketidakkhusyukan dalam sholat.
Di beberapa masjid di Indonesia, kata Kiai Ali, banyak masjid yang menggunakan tabir atau tirai sebagai pemisah antara kaum laki-laki dengan perempuan.