Polusi Jakarta dan Rumitnya Membangun Transportasi Publik

Pembangunan LRT Jabodebek memang tidak bisa dibilang lancar-lancar saja.

Setpres RI
Presiden Joko Wiodo mencoba LRT Jakarta
Red: Joko Sadewo

Oleh : Ahmad Fikri Noor, Redaktur Ekonomi Republika

REPUBLIKA.CO.ID,  Presiden Joko Widodo mengumpulkan menteri kabinet serta PJ Gubernur DKI Jakarta pada Senin (14/8/2023) di Istana Merdeka, Jakarta. Rapat tersebut digelar untuk membahas masalah polusi udara di Jakarta yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Jokowi, bahkan disebut sudah mengalami batuk-batuk dalam empat pekan ini.

Salah satu penyebab yang disorot adalah padatnya kendaraan pribadi yang melintas di jalanan Ibu Kota setiap hari. Untuk mengurai kendaraan pribadi tersebut, Jokowi pun mendorong penerapan kantor jarak jauh.

"Kita harus berani mendorong banyak kantor melaksanakan hybrid working, work from office, work from home," ungkap Jokowi dalam sambutannya saat itu.

Hal itu menjadi salah satu strategi jangka pendek pemerintah. Secara jangka menengah, Jokowi meminta agar penggunaan transportasi massal bisa dipercepat. Masalahnya, transportasi massal yang sedang dibangun pemerintah di Jakarta justru masih menuai masalah.

LRT Jabodebek, salah satunya. Proyek kereta ringan yang sudah dimulai sejak 2015 itu rencananya akan diresmikan pada 18 Agustus 2023. Peresmian itu juga sekaligus akan menjadi kado HUT RI ke-78.

Akan tetapi, dalam rentang masa uji coba yang masih berlangsung hingga saat ini, publik dihebohkan dengan pernyataan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Wamen yang akrab disapa Tiko itu menyebut, longspan LRT Jabodebek di wilayah Kuningan, Jakarta salah desain. Tak lama berselang, pemerintah pun memutuskan agar operasional LRT Jabodebek ditunda kembali hingga 26 Agustus 2023.

Pembangunan LRT Jabodebek memang tidak bisa dibilang lancar-lancar saja. Sejak groundbreaking pada 2015, pembangunannya beberapa kali harus mengalami perubahan target penyelesaian. Salah satunya juga didorong adanya pandemi Covid-19.

Kereta ringan yang mengusung teknologi canggih tanpa masinis itu juga sempat mengalami kecelakaan dalam uji coba pada 2021. Kala itu, terjadi tabrakan kereta LRT di rute Cawang-Cibubur. Untungnya, tidak ada korban jiwa saat itu.

Rentetan permasalahan ini membuat Menteri BUMN Erick Thohir kemudian menyuarakan pentingnya keamanan operasional LRT Jabodebek. Erick mengatakan, pembangunan LRT Jabodebek dan juga Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) merupakan sebuah proses pembelajaran bagi Indonesia. Hal ini juga ditekankan Jokowi saat meninjau LRT Jabodebek belakangan ini.

Erick menyampaikan, LRT Jabodebek secara keseluruhan dapat beroperasi dengan sangat baik. Hal ini terasa dari getaran perjalanannya yang lembut dan tidak menimbulkan kebisingan. Meski begitu, Erick menyebut memang tetap perlu perbaikan seperti antara pintu kereta dengan pintu akses yang belum tersambung sepenuhnya. Poin penting Erick saat itu adalah tidak perlu saling menyalahkan dalam proses pembangunannya.

"Presiden (Joko Widodo) menekankan yang namanya pembangunan MRT, LRT, kereta cepat itu kan pertama, jadi kalau yang pertama itu ada proses pembelajaran, tanpa yang Presiden bilang saling menyalahkan," ujar Erick.



Erick menyampaikan pembangunan infrastruktur, baik itu LRT, bandara, hingga jalan tol, harus dilihat secara menyeluruh dari akses, operasional, hingga layanan. Hal ini bertujuan demi memastikan keamanan dan kenyamanan bagi para penumpang.

Jika pemerintah sudah bertekad berbenah dalam proses pembangunan transportasi massal, perlu juga untuk mempertimbangkan kinerja dalam masa operasional. Salah satu contoh positif kinerja transportasi massal di Indonesia dilakukan oleh PT MRT Jakarta.

Transportasi publik yang juga didukung oleh dana Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) itu mampu membukukan laba dalam dua tahun terakhir. Laba bersih MRT Jakarta pada 2022 tercatat sebesar Rp 97,2 miliar. Angka itu turun tipis 0,08 persen dibanding laba bersih pada 2021 yang sebesar Rp 105,7 miliar.

Kinerja itu disokong oleh pendapatan MRT Jakarta yang naik secara konsisten. Pada 2021, pendapatan MRT Jakarta sebesar Rp 1,35 triliun. Angka itu naik 8 persen pada 2022 menjadi Rp 1,47 triliun.

Dengan demikian, transportasi massal tidak bisa hanya fokus pada proses pembangunan tapi juga masa operasionalnya agar proyek ini bisa berkelanjutan. Semoga dengan semakin rapinya pekerjaan pembangunan infrastruktur transportasi massal dapat membuat masyarakat Jakarta beralih dari kendaraan pribadi. Ujungnya, tentu agar langit Jakarta bisa menjadi biru lagi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler