Hati-Hati, Kurang Tidur Bisa Berdampak Buruk untuk Kesehatan Otak
Kurang tidur bisa mengakibatkan kematian saraf pada otak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kurang tidur tidak hanya memengaruhi suasana hati, tetapi juga berdampak pada kesehatan otak. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Chemical Society's Journal of Proteome Research, mencatat bahwa kurang tidur mengurangi tingkat protein pelindung otak, yang menyebabkan kematian saraf.
Studi yang melibatkan tikus sebagai subjek uji, mengevaluasi seberapa baik tikus menavigasi labirin sederhana dan belajar mengenali objek baru setelah kurang tidur selama dua hari. Peneliti kemudian mengekstraksi protein dalam hippocampus -bagian otak yang terlibat dalam pembelajaran dan memori- pada tikus.
“Kami kemudian mengidentifikasi protein yang kelimpahannya berubah. Lalu untuk mempersempit kemungkinan, kami melihat data yang menghubungkan protein-protein ini dengan kinerja tikus saat melalui labirin setelah kurang tidur,” kata peneliti seperti dilansir Indian Express, Selasa (12/9/2023).
Para ahli menjelaskan bahwa kurang tidur menyebabkan berbagai efek pada fungsi otak, misalnya menurunkan konsentrasi. Konsolidasi memori terjadi saat tidur, sehingga penyimpanan dan pengambilan memori terpengaruh.
"Kurang tidur juga dapat menyebabkan gangguan dalam pengambilan keputusan dan kurangnya kontrol emosi. Kecelakaan juga dapat terjadi karena gangguan penilaian saat mengemudi," kata Dr Shobha N, konsultan ahli saraf di Rumah Sakit Manipal India.
Ahli Neurologi, Kunal Bahrani, juga setuju bahwa tidur membantu otak menyimpan dan mengatur informasi. Karena itulah, kurang tidur dapat meningkatkan kemungkinan stres, merasa tertekan atau cemas. Tidur sangat penting untuk menjaga emosi tetap terkendali.
Menurut Dr Shobha, kondisi neurologis yang sudah ada sebelumnya seperti migrain dan epilepsi dapat memburuk. Bahkan, kurang tidur dalam jangka panjang juga dapat menimbulkan konsekuensi fisik.
“Orang tersebut akan rentan terhadap penyakit radang neurologis dan sistemik yang kronis. Hal ini dapat menyebabkan penyakit kronis lainnya seperti hipertensi, diabetes melitus, dan dislipidemia. Pola tidur yang berubah dapat menyebabkan kecanduan dan penyalahgunaan zat. Semua ini dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap penyakit jantung dan stroke," kata Shobha.
Para ahli saraf telah mengamati bahwa selama tidur nyenyak, otak melakukan fungsi-fungsi penting, seperti membersihkan produk limbah dan protein berbahaya yang terakumulasi sepanjang hari. Tanpa tidur yang cukup, proses pembersihan ini akan terganggu, yang berpotensi berkontribusi pada perkembangan kondisi neurodegenerative.
“Kurang tidur dapat menyebabkan penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan penyakit Parkinson. Singkatnya, kurang tidur dapat berdampak pada plastisitas neuron dan membuka jalan menuju berbagai penyakit neurologis dan sistemik,” tambah Dr Shobha.