Benarkah Obat Antihipertensi Sebabkan Gagal Ginjal? Ini Kata Dokter
Penyebab terbanyak gagal ginjal di Indonesia adalah hipertensi yang tak terkendali.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam konsultan kardiovaskular dari Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo Prof Dr dr Idrus Alwi, SpPD-KKV mengatakan obat antihipertensi atau obat darah tinggi tidak menyebabkan gagal ginjal.
“Kami memberikan atau mengendalikan hipertensi dengan obat-obatan justru akan melindungi ginjalnya,” ujar Idrus Alwi dalam diskusi kesehatan yang diikuti secara daring dari Jakarta, Selasa (7/11/2023).
Dia menjelaskan, penyebab terbanyak kasus gagal ginjal di Indonesia adalah hipertensi yang tidak terkendali. Jadi, kata Idrus, dengan mengendalikan tensi para penderita tekanan darah tinggi, maka ginjal mereka pun akan terlindungi. Oleh karena itu, obat antihipertensi justru mencegah terjadinya komplikasi pada ginjal, dan bukan penyebab dari gangguan ginjal.
“Tentunya, kita harus memantau fungsi ginjalnya secara berkala,” kata Idrus.
Idrus mengatakan, pengobatan antihipertensi biasanya dianjurkan oleh para dokter untuk dikonsumsi seumur hidup. Tujuannya, kata dia melanjutkan, tidak hanya memberi proteksi kepada jantung dan pembuluh darah, tetapi memberi perlindungan kepada ginjal sebagai organ target lainnya.
“Mengenai kombinasi obat antihipertensi dengan terapi alternatif, misalnya jamu, yang penting kita harus tahu isinya apa,” ucap Idrus.
Akibatnya, Idrus tidak memberi jaminan keamanan terkait kombinasi obat antihipertensi dengan jamu sebagai pengobatan alternatif. “Yang paling dianjurkan adalah konsumsi sayur dan buah-buahan, itu dianjurkan,” kata dia.
Selain itu, juga terdapat pengobatan alternatif untuk para penderita darah tinggi, seperti mengonsumsi seledri atau timun. “Boleh-boleh saja, tetapi ini bukan obat utama. Jadi, itu merupakan terapi pelengkap, tapi bukan obat utama,” ucap Idrus.
Dengan demikian, ia berpesan kepada para penderita darah tinggi untuk tidak mengganti obat utama yang diberikan oleh dokter dan menggantinya dengan terapi alternatif. “Jangan sampai menimbulkan risiko komplikasi,” kata Idrus.