Makan pada Jam-Jam Ini Dinilai Lebih Efektif Turunkan Berat Badan
Cara makan ini dipercaya lebih efektif turunkan berat badan dibanding batasi kalori.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sejumlah metode berbeda yang dapat diupayakan untuk pengendalian berat badan. Menurut sebuah penelitian baru, pengaturan waktu makan yang tepat lebih efektif menurunkan berat badan dibandingkan metode pembatasan asupan kalori.
Dikutip dari laman Nottingham Post, Rabu (1/11/2023), studi itu meneliti apakah makan dengan batasan waktu, yang juga dikenal sebagai puasa intermiten, dapat membantu penderita diabetes tipe dua menurunkan berat badan dan mengontrol gula darah. Hasil studi telah dipublikasikan di JAMA Network Open.
Temuan studi para peneliti dari University of Illinois Chicago itu menemukan bahwa puasa intermiten juga dapat membantu orang lain yang tidak mengidap diabetes dan hanya ingin menurunkan berat badan. Penelitian dilakukan di UIC dan melibatkan 75 peserta, yang dibagi ke dalam tiga kelompok.
Ada peserta yang mengikuti aturan makan dengan batasan waktu, peserta yang melakukan pengurangan kalori, dan kelompok kontrol. Berat badan peserta, lingkar pinggang, kadar gula darah, dan indikator kesehatan lainnya diukur selama enam bulan.
Peserta yang makan hanya selama delapan jam antara siang hingga pukul 20.00 setiap hari mengalami penurunan berat badan lebih banyak selama enam bulan dibandingkan peserta yang diinstruksikan untuk mengurangi asupan kalori sebesar 25 persen. Tidak hanya mendapatkan hasil yang lebih baik, peserta juga merasa metode itu lebih mudah.
Mengatur waktu makan lebih mudah...lanjutkan membaca>>
Penulis senior studi, Krista Varady, mengatakan bagi banyak orang yang mencoba menurunkan berat badan, mengatur waktu makan lebih mudah daripada menghitung kalori. Tim peneliti mendapati banyak dari peserta yang mengidap diabetes sudah pernah mencoba metode hitung kalori dan kesulitan dengan bentuk diet tersebut.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa makan dengan batasan waktu mungkin merupakan alternatif efektif terhadap diet konvensional bagi orang-orang yang tidak dapat melakukan diet tradisional atau kelelahan," ujar Varady yang merupakan seorang profesor di bidang kinesiologi dan nutrisi.
Tidak ada efek samping serius yang dilaporkan selama penelitian enam bulan. Kejadian hipoglikemia (gula darah rendah) dan hiperglikemia (gula darah tinggi) tidak berbeda antara kelompok diet dan kelompok kontrol.
Namun, Varady memperingatkan bahwa studi itu baru dilakukan dalam skala kecil dan harus ditindaklanjuti oleh penelitian yang lebih besar. Walaupun makan dengan batasan waktu relatof aman, Varady menyarankan pengidap diabetes berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai pengaturan pola makan apa pun.