21 Tentara Israel Tewas Saat Serang Infrastruktur Hamas, Senjata Makan Tuan?
Tentara Israel menanam ranjau di gedung yang ambruk akibat ledakan.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Militer Israel mengatakan bahwa 21 anggota pasukannya tewas dan beberapa lainnya terluka dalam sebuah penyergapan di Jalur Gaza tengah. Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (23/1/2024), juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan insiden tersebut terjadi dekat wilayah perbatasan Kissufin.
Ketika itu, menurut Hagari, Hamas menyerang tentara Israel Defense Force (IDF) yang mencoba menghancurkan infrastruktur militer kelompok perlawanan Palestina itu. Dia mengatakan pejuang Hamas menembakkan granat berpeluncur roket ke tank Israel.
Sementara itu, di saat bersamaan, sebuah ledakan menyebabkan dua bangunan berlantai dua ambruk. Gedung-gedung tersebut runtuh karena ledakan.
"Sementara itu, sebagian besar anggota pasukan berada di dalam dan dekat gedung itu," kata Hagari.
Hagari mengatakan penyelidikan telah diluncurkan mengenai insiden itu. Sebab, ledakan terjadi akibat dari ranjau yang ditanam tentara Israel, meskipun penyebab ledakannya belum dapat dikonfirmasi.
Pihak militer memublikasikan nama 10 tentara. Sementara itu, keluarga dari 11 tentara lainnya telah diberi tahu.
Kematian tersebut menambah jumlah korban tewas tentara Israel di Gaza sejak serangan darat dimulai pada 27 Oktober menjadi 219 orang. Sementara itu, jumlah keseluruhan korban tewas tentara Israel sejak peluncuran serangan Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober telah meningkat menjadi 556 orang.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober. Serangan IDF membunuh sedikitnya 25.295 warga Palestina dan melukai 63 ribu orang.
Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas. Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.