Delapan Mitos Seputar Keamanan Pangan yang Harus Dihindari
Masih banyak kesalahan dalam mengolah bahan pangan dalam rumah tangga.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keamanan pangan termasuk hal yang tak boleh disepelekan, apalagi diabaikan. Sebab, pangan yang tercemar bahan kimia, bakteri, virus, atau parasit berbahaya berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan apabila dikonsumsi.
Dokter spesialis anak konsultan nutrisi metabolik, Yoga Devaera, mengingatkan bahwa risiko penyakit akibat masalah keamanan pangan itu terutama menyasar pada populasi rentan. Populasi itu termasuk anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia.
Perempuan berhijab tersebut menyampaikannya dalam seminar daring "Food Safety: Safe Food Now For Better Tomorrow" yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Yoga mewanti-wanti, kontribusi terhadap keamanan pangan adalah tanggung jawab bersama.
Dia mengutip data bahwa 28 persen kasus keracunan pangan terjadi di rumah tangga. "Ini menunjukkan masih ada kesalahan pada pengolahan pangan di rumah, sesuatu yang perlu dicegah dan diperbaiki untuk masa depan anak-anak kita," tuturnya.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI itu menyebutkan sejumlah mitos terkait keamanan pangan yang sebaiknya tak lagi dipercaya. Yoga pun menjelaskan fakta di balik mitos yang masih banyak dipercaya tersebut.
1. Makanan yang tak terlihat berjamur masih bisa dimakan
Nyatanya, kebanyakan mikroorganisme yang bisa membuat seseorang sakit tidak serta-merta mengubah aroma atau tampilan makanan. Yoga menjelaskan, sebagian besar mikroorganisme butuh waktu lama untuk itu. Dalam hal ini, orang tua perlu lebih cermat mengetahui panduan kontaminasi makanan, terutama untuk makanan yang disajikan bagi bayi dan balita.
2. Makanan sisa tak perlu disimpan di kulkas
Makanan sisa boleh-boleh saja disimpan, tapi perhatikan suhu penyimpanan yang tepat sesuai dengan jenis makanan. Makanan tertentu sebaiknya langsung disimpan di kulkas karena bisa menjadi tidak aman dikonsumsi jika dibiarkan di suhu ruang selama lebih dari dua jam.
3. Makanan terjatuh masih bisa dimakan
Istilah "belum lima menit" sangat mengakar di keluarga Indonesia, merujuk pada makanan yang jatuh masih boleh dimakan, asal jatuhnya tak terlalu lama. Faktanya, mikroorganisme berbahaya bisa langsung mengontaminasi saat makanan terjatuh, bahkan lebih cepat dari lima detik, bukan lagi hitungan menit, sehingga sebaiknya tidak lagi dikonsumsi.
4. Serbet tak bisa menyebarkan bakteri berbahaya
Serbet serta spons cuci piring bisa menyebarkan bakteri berbahaya. Sebelum memakainya, lakukan disinfeksi terlebih dahulu dengan air panas mendidih atau gantilah secara berkala.
"Sumber pencemaran tidak hanya dalam bentuk bakteri yang ada dalam makanan, tapi juga berbagai hal di dapur," ungkap Yoga.
Unggas mentah harus....
5. Unggas mentah harus dicuci sebelum dimasak
Ini hanyalah mitos. Justru, mencuci daging unggas mentah tidak disarankan sebab bisa menyebarkan mikroorganisme berbahaya ke tangan pencuci, permukaan dapur, alat-alat dapur, atau ke bahan makanan lain di sekitar. Untuk mencegah kontaminasi silang itu, dianjurkan langsung memasak daging unggas. Bakteri akan mati akibat panas saat proses memasak.
6. Keracunan makanan terjadi secara langsung
Yoga mengatakan bahwa keracunan tidak selalu terjadi sesaat setelah mengonsumsi makanan atau minuman tertentu. Bahkan, bisa saja keracunan makanan terjadi setelah beberapa hari. Misalnya, keracunan akibat sesuatu yang disantap tiga hari yang lalu.
7. Thawing makanan beku bisa dilakukan di suhu ruang
Saat hendak mengolah makanan beku, lazim dilakukan thawing atau proses pencairan. Yoga mengingatkan, thawing tak boleh dilakukan di suhu ruang, melainkan dengan cara memindahkannya dari freezer ke lemari es selama beberapa waktu, atau menggunakan air dingin. Tujuannya, untuk mencegah perkembangan mikroorganisme.
8. Buah dan sayur organik tidak perlu dicuci
Seluruh produk buah dan sayur, termasuk yang berlabel organik, harus dicuci dengan air bersih sebelum dikonsumsi. Tujuannya, untuk menghilangkan kontaminan dan bahan kimia serta mikroorganisme berbahaya yang mungkin masih terkandung di dalamnya.