Kisah ‘Islam’, Remaja Penyelamat 100 Jiwa di Moskow
Ia terekam mengevakuasi sekitar 100 orang dalam peristiwa penembakan di Moskow.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Seorang lelaki remaja Muslim bernama Islam jadi pembicaraan di Rusia, belakangan. Ia terekam berjasa menyelamatkan sekitar 100 orang dalam peristiwa penembakan di Aula Kota Crocus, Jumat pekan lalu.
Merujuk Aljazirah Arabia, Islam adalah seorang anak laki-laki Muslim Rusia. Ia seorang siswa sekolah menengah kelas delapan, yang bekerja paruh waktu sebagai asisten di ruang konser. Ketika penembakan dimulai, dia bergegas membantu orang-orang dan membawa mereka keluar aula melalui pintu darurat.
Media Russia Today menerbitkan wawancara dengan Islam, yang mengatakan, "Lebih baik mati dalam pertempuran daripada membiarkan orang lain mati." Islam menyatakan bahwa dia mengikuti semua instruksi yang diberikan kepadanya oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Ayah anak laki-laki tersebut mengonfirmasi aksi heroik anaknya. "Islam bekerja paruh waktu di departemen pengiriman mantel, dan tempat kerja putranya berada di lantai dasar gedung, di mana dia bergegas membukakan pintu untuk semua orang sehingga mereka bisa keluar dan bertahan hidup."
Sebuah video tersebar di platform media sosial yang memperlihatkan Islam memimpin orang-orang keluar dari gedung. Ketika klip itu menyebar, warganet di Rusia dan dunia Arab memuji keberanian bocah Islam itu, tindakan cepatnya, dan aksinya menyelamatkan 100 orang tersebut.
Menurut Aljazirah, ketika Barat mencoba mendistorsi citra Islam dalam serangan Rusia, yang mereka gambarkan sebagai teroris, seorang pemuda heroik bernama Islam tersebut muncul dan membalikkan persepsi.
Serangan teroris di Aula Kota Crocus di wilayah Krasnogorsk yang terletak di pinggiran Moskow, mengakibatkan tewasnya sedikitnya 143 orang. Sekitar 152 orang juga terluka, menurut Komite Investigasi Rusia?
Kelompok militan ISIS disebut mengeklaim bertanggungjawab atas serangan tersebut. Sejumlah tersangka penembakan, yang kebanyakan beretnis Tajik, saat ini tengah menjalani persidangan. Kendati demikian, pemerintah Rusia belum memberikan keterangan resmi soal keterlibatan ISIS. Presiden Rusia Vladimir Putin justru melayangkan kecurigaannya ke Ukraina yang disebut jadi lokasi pelarian para pelaku.