Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Lanjutkan Perundingan Setelah Israel Bunuh Tiga Putranya

Serangan yang membunuh keluarga Haniyeh digelar tanpa izin dari perwira tinggi.

EPA-EFE/IRANIAN FOREIGN MINISTRY
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh berbicara kepada media di Doha, Qatar, 20 Desember 2023.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan kelompoknya akan melanjutkan upaya meraih kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera. Setelah Israel membunuh tiga putranya dalam serangan di Gaza.

Baca Juga


"Kepentingan rakyat Palestina di atas segalanya," kata Haniyeh menjawab pertanyaan apakah serangan itu berdampak pada kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera, Kamis (11/4/2024).

"Kami berupaya meraih kesepakatan, tapi penjajah masih menunda dan menolak merespons tuntutan," tambah Haniyeh yang sedang berada di Qatar.

Media Israel melaporkan serangan yang membunuh keluarga Haniyeh pada Rabu (10/4/2024) lalu digelar tanpa izin dari perwira tinggi atau pejabat senior. Keluarga sandera yang masih ditawan di Gaza khawatir serangan itu dapat merusak peluang kesepakatan pemulangan sandera.

"Saya hanya berharap ini tidak berdampak pada negosiasi, saya berharap tidak membuat Hamas menetapkan syarat yang lebih sulit di kesepakatan," kata Ofri Bibas Levy yang saudara laki-lakinya Yarden Bibas bersama istri dan dua anak mereka masih ditawan Hamas.

Keluarga 133 sandera menekan pemerintah Israel untuk segera membuat kesepakatan dalam perundingan yang dimediasi Amerika Serikat (AS), Mesir dan Qatar.

"Kunci dari setiap kesepakatan dengan penjajah dimulai dengan gencatan senjata permanen dan prioritas utama kami dalam proses negosiasi yang sedang berlangsung adalah kembalinya para pengungsi tanpa syarat dan penarikan pasukan sepenuhnya dari Jalur Gaza," kata juru bicara Hamas, Abdel-Latif al-Qanoua.

"Tanpa itu, kesepakatan tidak akan terjadi," tambahnya.

PM Netanyahu tidak....

 

Media Israel melaporkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak diberitahu rencana pembunuhan tiga putra pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Gaza. Kantor berita Palestina, Walla mengutip seorang pejabat senior Israel yang mengatakan baik Netanyahu maupun Menteri Pertahanan Yoav Gallant tidak diberitahu rencana serangan itu.

Serangan tersebut digelar militer Israel dan badan intelijen Shin Bet. Pejabat itu mengatakan Mohammad dan Hazem Haniyeh menjadi target karena mereka pejuang Hamas bukan karena mereka putra pemimpin politik Hamas.

Militer Israel tidak memberikan komentar mengenai laporan yang menyebutkan serangan itu juga menewaskan empat cucu Haniyeh. Surat kabar konservatif Israel Hayom mengutip perwira militer yang tidak disebutkan namanya mengatakan serangan itu sesuai dengan prosedur. Tetapi terdapat pertanyaan apakah menyerang target sensitif tetap harus dilakukan tanpa berkonsultasi dengan atasan.

Surat kabar Haaretz yang kerap mengkritik pemerintah Netanyahu menyebut pembunuhan putra-putra Haniyeh dan serangan ke kantor konsulat Iran di Suriah yang menewaskan jenderal Garda Revolusi sebagai "aksi agresi yang proaktif, dirancang menggagalkan semua peluang kesepakatan sandera."

Pembunuhan putra-putra Haniyeh dilakukan beberapa hari setelah dua perwira Israel dipecat karena salah melakukan penilaian dan melanggar prosedur operasi dalam serangan yang membunuh tujuh pekerja kemanusiaan.

Haniyeh mengatakan tuntutan Hamas "jelas dan spesifik" untuk kesepakatan yang menghentikan semua pertempuran.

"Musuh akan delusional jika mereka mengira dengan menargetkan putra-putra saya, di klimaks perundingan dan sebelum gerakan mengirimkan tanggapannya, akan mendorong Hamas untuk mengubah posisinya," kata Haniyeh.

Masyarakat internasional menekan Israel untuk menghentikan serangan tapi tidak banyak kemajuan dalam perundingan gencatan senjata. Hamas mendesak Israel menghentikan serangan, menarik seluruh pasukannya dan mengizinkan pengungsi Gaza pulang ke rumah mereka. 

 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler