Menyebar Via Hubungan Seksual, Hepatitis akan Salip TBC Sebagai Infeksi Paling Mematikan
Dua pertiga dari beban penyakit hepatitis global terjadi di 10 negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit hepatitis yang menyebar melalui hubungan seks tampaknya akan menggeser tuberkulosis (TBC) sebagai penyakit menular paling mematikan di dunia. Data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa hepatitis B dan C kini menyebabkan jumlah kematian yang setara dengan korban TBC, meskipun sudah ada vaksin dan pengobatan untuk hepatitis.
Pada 2022, data WHO menunjukkan bahwa kedua virus hepatitis ini menyebabkan 1,3 juta kematian. WHO memperkirakan bahwa jika tren ini terus berlanjut, hepatitis akan membunuh lebih banyak orang setiap tahunnya dibandingkan dengan gabungan penyakit malaria, TBC, dan AIDS pada 2040.
"Meskipun ada kemajuan dalam mencegah infeksi hepatitis secara global, kematian terus meningkat karena terlalu sedikit penderita hepatitis yang didiagnosis dan diobati," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir The Sun, Selasa (16/4/2024).
Dokter dari Imperial College London, Graham Cooke, mengatakan bahwa virus hepatitis telah diabaikan dalam perhatian global, terutama karena fokus pada HIV, TBC, dan malaria. Dua pertiga dari beban penyakit hepatitis global terjadi di 10 negara, termasuk Cina, India, Nigeria, dan Rusia.
Di Inggris, diperkirakan ada sekitar 270 ribu orang yang hidup dengan hepatitis B dan C, tetapi setidaknya setengahnya tidak terdiagnosis. Hepatitis merujuk pada infeksi lima bentuk virus yang berbeda, yaitu A, B, C, D, dan E.
Dua jenis virus, yakni hepatitis B dan C, dapat menyebabkan penyakit jangka panjang dan kematian. Gejala hepatitis bisa berupa nyeri otot, demam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, dan lainnya, tetapi sering kali tidak muncul, sehingga sulit dideteksi.
Keduanya dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius dan meningkatkan risiko kanker hati. Penularannya melalui kontak darah ke darah, melahirkan, berhubungan seks, dan berbagi jarum suntik.
Demi mengatasi masalah ini, inisiatif pengujian baru diumumkan oleh NHS Inggris, yang bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang mungkin terinfeksi hepatitis C tanpa disadari. Upaya ini juga melibatkan pemeriksaan hati dan pengujian di komunitas di mana risiko infeksi lebih tinggi, serta penjangkauan masyarakat di layanan dukungan narkoba dan alkohol.
Para ilmuwan dari WHO telah menemukan bahwa jumlah kematian terkait virus hepatitis meningkat lebih dari 18 persen dari 2021 hingga 2022, meskipun kasus baru menurun. Ini menunjukkan bahwa dunia perlu meningkatkan upaya untuk mencegah dan mengobati infeksi hepatitis agar mencapai target WHO untuk mengurangi jumlah infeksi baru dan kematian pada 2030.