Cerita Wawanto, Kader PDIP yang Mengaku Hampir Dikepruk FX Rudy, Ini Pangkal Persoalannya

Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo dilaporkan kadernya sendiri ke Polresta Solo.

Republiika/Alfian Choir
Ketua DPC PDIP Kota Solo FX Hadi Rudyatmo dilaporkan oleh kadernya ke Polresta Solo karena dugaan ancaman pembunuhan, pada Selasa (3/9/2024).
Rep: Muhammad Noor Alfian Choir Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – Konflik internal terjadi di internal Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Solo. Seorang kader partai banteng moncong putih bernama Wawanto, melaporkan Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo ke Polresta Solo karena dugaan ancaman pembunuhan.

Baca Juga


Wawanto menjelaskan, kejadian tersebut terjadi pada 29 Agustus 2024 lalu ketika ada koordinasi terkait surat rekomendasi Pilkada Solo. Dalam forum tersebut, Wawanto mengaku sempat diancam dan mendapatkan tindak kekerasan.

"Dengan insiden yang terjadi tanggal 29 kemarin di Girli Corner saya sudah merasa diancam dan sudah ada tindakan untuk menyakiti diri saya. Bahkan sudah ada ancaman pembunuhan," katanya ketika ditemui di Mapolresta Solo, Selasa (3/9/2024).

Wawanto menceritakan, awalnya ada kader yang mengungkap kekecewaan dengan keluarnya rekomendasi Teguh Prakosa-Bambang Gage untuk Pilwalkot Solo. Ia juga sempat mengatakan bagaimana sikapnya usai pengumuman rekomendasi tersebut. Namun, ia menyebut FX Rudy menanggapinya dengan emosi.

"Kami sampaikan kepada beliau bahwa dengan turunnya rekomendasi, teman-teman menyatakan kecewa. Lalu menyatakan sikap masing-masing. Dan saya menyatakan tidak akan ikut tim pemenangan," katanya.

"Saya juga tidak tahu tiba-tiba (Rudy) naik pitam. Berdiri menyerang saya sambil nunjuk-nunjuk kepada saya, waktu itu saya masih tetap duduk 'tak pateni-tak pateni'(saya bunuh). Sudah mau mukul saya namun dilerai sama teman-teman. Begitu kuatnya Pak Rudy berontak lepas dari pegangan teman-teman itu. Lalu dia bilang kursi mau dikeprukkan ke saya namun kursi itu bisa disaut (diambil) sama Mucus," lanjut Wawanto.

Mengetahui kondisi tidak kondusif, ia pun memutuskan untuk keluar dari forum. Namun, ia mengaku setelah itu ada sejumlah orang yang menyerangnya. "Rheo itu sempat mukul saya dan masih bisa saya tangkis. Setelah itu kami digiring keluar oleh teman-teman," beber dia.

Wawanto menegaskan, Rudy dan putranya Dian, ia laporkan ke polisi atas kejadian tersebut dengan tuduhan ancaman pembunuhan. Namun demikian, ia tidak melampirkan bukti apapun saat membuat laporan.

"Tidak ada (bukti), tidak ada media tidak ada liputan apapun. Tapi saya yakin di sana ada CCTV-nya. Teman-teman yang datang sudah saya tulis semua termasuk Pak Purwono, Taufik," katanya.

Komik Si Calus : Dinasti - (Daan Yahya/Republika)

Teguh Prakosa ikut merespons.. baca di halaman selanjutnya.

 

Sekretaris DPC PDIP Solo, Teguh Prakosa memberikan respons soal laporan Wawanto terhadap FX Rudyatmo ke polisi. Menurutnya, Wawanto tidak mengerti Angaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) partai. Ia juga menyayangkan tindakan salah satu kader PDIP itu.

"Ya sudah suruh lapor saja. Kecuali kowe mlecet kowe anu, ya terserah saja. Wes ngaku PDIP, wes menikmati dadi dewan dua periode muni-muni. Malu sebagai kader partai, malu. Kecuali kalau you belum pernah merasakan di PDIP. Jadi siapapun kader PDIP apalagi sudah menikmati, arep gugat arep opo ya silahkan saja," kata Teguh, Selasa (3/9/2024).

Menurut bakal calon wali kota Solo 2024-2029 itu, rekomendasi dari DPP PDIP tak perlu diperdebatkan lagi karena di ranah hak prerogatif Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Ia mengatakan, rapat koordinasi yang dilakukan pada Kamis (29/8/2024) lalu adalah bentuk dari itikad baik Rudy.

"Sebetulnya SK rekomendasi tidak perlu didiskusikan. Itu keputusan mutlak. Saking apike Pak Ketua (FX Rudy) untuk menyampaikan pendapat. Tetapi kalau nadanya tinggi itu melawan rekomendasi. Dan itu tabu bagi siapapun yang ber-KTA PDIP, kalau tidak ngerti AD-ART keluar dari PDIP," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler