Oktober 2024 adalah Bulan Paling Berdarah Bagi Israel Setelah Serangan Hamas Tahun Lalu
Israel menghadapi masa-masa berat selama Oktober 2024
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV-Surat kabar Ibrani Yedioth Ahronoth melaporkan pada hari Jumat (1/10/2024) bahwa Oktober lalu merupakan yang “paling berdarah” sejak 7 Oktober 2023, dengan 88 warga Israel terbunuh.
Menurut surat kabar tersebut, 37 tentara Israel tewas dalam bentrokan dengan pejuang Hizbullah di Lebanon selatan dan di perbatasan utara, sementara 19 lainnya tewas di Jalur Gaza.
Radio Angkatan Darat Israel melaporkan bahwa jumlah korban tewas Israel selama bulan Oktober mencapai 87 orang, termasuk 64 tentara dan personil keamanan, dan 23 warga sipil.
Korban jiwa ini terjadi akibat eskalasi yang terus berlanjut di berbagai lini, di mana Israel menyaksikan tembakan roket dan roket balasan, di samping bentrokan dan konfrontasi yang terjadi di medan perang.
Sementara itu, Hizbullah Lebanon mengumumkan pada Kamis malam bahwa lebih dari 95 tentara dan perwira Israel telah terbunuh dan hampir 900 orang lainnya terluka sejak serbuan Israel ke Lebanon selatan dimulai pada 30 September. Kelompok ini mengatakan bahwa para pejuangnya telah menghancurkan 50 kendaraan militer Israel, sebagian besar dari mereka adalah tank.
Pernyataan Hizbullah mengatakan para pejuangnya menghancurkan 42 tank Merkava, empat buldoser militer, dua kendaraan Hummer, sebuah kendaraan lapis baja dan sebuah pengangkut pasukan, di samping menembak jatuh lima pesawat tak berawak Israel.
Pernyataan tersebut juga mencatat bahwa para pejuang Hizbullah menangkis upaya tentara Israel untuk maju di sejumlah desa perbatasan Lebanon dalam beberapa hari terakhir.
Hizbullah mencatat bahwa jumlah korban ini tidak termasuk kerugian Israel yang diakibatkan oleh serangan roket dan pesawat tak berawak yang dilakukan oleh Hizbullah terhadap posisi militer Israel.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh ruang operasi Hizbullah, para pejuang partai tersebut mendokumentasikan jumlah korban tentara Israel sejak Israel memulai operasi militer daratnya di Lebanon selatan pada tanggal 30 September.
Sejak 17 September, Hizbullah telah meluncurkan sekitar 655 serangan roket, termasuk 63 serangan dalam tiga hari terakhir, yang menargetkan wilayah hingga 105 kilometer di sebelah utara Tel Aviv.
Angkatan udara kelompok ini juga telah melakukan 76 operasi dengan menggunakan lebih dari 170 pesawat tak berawak, beberapa di antaranya mencapai jarak 145 kilometer di selatan Tel Aviv.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa pasukan Israel menghindari bergerak di wilayah yang dapat dideteksi oleh pasukan Hizbullah, dan menggunakan rute tersembunyi untuk menyusup ke desa-desa perbatasan Lebanon pada malam hari dan menghancurkan infrastruktur sipil sebelum menarik diri.
Sumbu-sumbu serbuan Israel
Hizbullah menekankan bahwa jalur suplai ke garis depan masih berlangsung, dengan amunisi dan bala bantuan dipasok ke para pejuang Hizbullah sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Para pejuang Hizbullah terus menembakkan roket ke posisi-posisi Israel setiap hari.
Mengenai sumbu serangan Israel, pihak tersebut mencatat ada beberapa sumbu utama:
1. Poros pertama, Divisi ke-146 beroperasi dari Al-Naqoura di barat ke kota Marwahin di timur, di mana upaya untuk maju ke arah desa Sheihin dan Jabeen dipukul mundur
2. Poros kedua, poros ini dicakup Divisi ke-36 dan membentang dari kota Ramiya ke kota Rumaysh, hingga Aytaroun
BACA JUGA: Ini Dia Kesamaan Antara ISIS dan IDF Israel di Timur Tengah Menurut Pakar
3. Sumbu ketiga, Divisi ke-91 beroperasi dari Blida ke Houla, di mana pasukan Israel mempertahankan kontrol tembakan di pinggiran desa Blida dan Mays al-Jabal, tanpa ada upaya baru untuk maju
4. Poros keempat, dioperasikan oleh Divisi ke-98 dan membentang dari Markaba ke desa Ghajar yang diduduki
5. Sumbu kelima, dioperasikan oleh Divisi ke-210, dan membentang dari desa Ghajar hingga ke Shebaa Farms yang diduduki.
Otoritas Beit Lahia, Gaza Utara, pada Rabu (30/10/2024) mendeklarasikan kota tersebut sebagai “zona bencana” seiring dengan serangan Israel yang berlanjut di wilayah Palestina itu.
Status tersebut ditetapkan setelah Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sedikitnya 93 warga Palestina meninggal dan puluhan lainnya terluka setelah sebuah bangunan tempat tinggal di Beit Lahia diserang Israel Selasa (29/10).
Pemerintah kota Beit Lahia menyatakan bahwa warga menghadapi "bencana kemanusiaan" akibat "perang genosida dan pengepungan yang berlanjut di kota tersebut."
Pemkot Beit Lahia menjelaskan bahwa kota itu kini kekurangan makanan, air, rumah sakit, ambulans, pertahanan sipil, sanitasi, dan layanan komunikasi.
Dalam seruan darurat untuk "menyelamatkan apa yang masih bisa diselamatkan di kota yang menjadi sasaran pembantaian dan genosida," pemerintah kota mendesak komunitas internasional dan organisasi-organisasi untuk menekan Israel agar menghentikan serangannya.
Pemkot Beit Lahia juga menginginkan masyarakat internasional mendesak Israel agar mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan, bahan bakar, peralatan pertahanan sipil, dan kendaraan untuk membuka jalan serta membersihkan puing-puing.
Pada Selasa, lebih dari 100 warga Palestina, kebanyakan perempuan dan anak-anak, di Beit Lahia kehilangan nyawa dalam dua serangan udara mematikan Israel di kota tersebut. Di antara korban jiwa adalah 93 orang, yang meninggal setelah bangunan tempat tinggal milik keluarga Abu Al-Nasr diserang bom pada pagi hari.
Tentara Israel melanjutkan serangan mematikan di Gaza Utara sejak Oktober untuk mencegah kelompok perlawanan Palestina, Hamas, bangkit kembali di tengah pengepungan ketat di wilayah tersebut. Namun, warga Palestina menuduh Israel berupaya menduduki wilayah tersebut dan memaksa penduduk untuk pindah.
BACA JUGA: Presiden Ramaphosa: Afrika Selatan akan Selalu Bersama Palestina
Serangan itu merupakan babak terbaru dalam perang brutal yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza sejak serangan Hamas tahun lalu, meskipun Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menuntut gencatan senjata segera.
Sudah lebih dari 43 ribu orang, kebanyakan perempuan dan anak-anak, meninggal serta lebih dari 101 ribu lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang menyebabkan kelangkaan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel di Mahkamah Internasional juga menghadapi kasus genosida atas tindakannya di Gaza.
Sumber:aljazeera