Harris Berjanji Akhiri Perang di Gaza Palestina Jika Terpilih Jadi Presiden AS

Harris berkomitmen wujudkan perdamaian di Gaza Palestina

Gabrielle Lurie/San Francisco Chronicle via A
Orang-orang menyaksikan debat presiden antara calon presiden dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, dan calon presiden dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, di acara nonton bareng Berkeley Art Museum and Pacific Film Archive di Berkeley, California, Selasa, 10 September 2024.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Calon presiden dari Partai Demokrat Amerika Serikat Kamala Harris pada Minggu (3/11) berjanji akan melakukan segala yang dia bisa untuk mengakhiri perang Israel di Jalur Gaza, jika terpilih sebagai presiden. Pernyataan tersebut disampaikan hanya dua hari sebelum pelaksanaan Pemilu AS yang jatuh pada 5 November 2024.

Baca Juga


"Tahun ini (terasa) sulit, mengingat besarnya korban jiwa dan kehancuran di Gaza serta korban sipil dan pengungsian di Lebanon," kata Harris. "Ini sangat menghancurkan, dan sebagai presiden, saya akan melakukan segala yang saya bisa untuk mengakhiri perang di Gaza, membawa pulang para sandera, mengakhiri penderitaan di Gaza, memastikan keamanan Israel, serta menjamin hak rakyat Palestina untuk bermartabat, merdeka, aman, dan memiliki penentuan nasib sendiri," katanya disambut tepuk tangan meriah dalam sebuah kampanye di negara bagian Michigan, yang merupakan medan pertempuran penting dalam Pilpres AS.

Harris sangat membutuhkan dukungan mayoritas di tujuh negara bagian krusial pada siklus pemilihan tahun ini, mengingat persaingan ketat dengan mantan Presiden dan kandidat Partai Republik Donald Trump secara nasional. Kompilasi survei yang dikumpulkan oleh situs RealClearPolitics menunjukkan Trump unggul hanya 0,1 persen secara nasional, dengan lima survei menunjukkan mereka dalam posisi seimbang.

Michigan, dengan komunitas Arab dan Muslim yang besar serta 15 suara Electoral College yang diperebutkan, menjadi sangat penting bagi peluang kemenangan Harris. Selain Michigan, negara bagian Arizona, Georgia, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin juga dianggap sebagai wilayah negara bagian kunci dalam pemilu kali ini.

Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin, yang sebelumnya dikenal sebagai basis Demokrat yang andal, kembali menjadi medan pertempuran penting. Negara bagian yang dikenal sebagai "tembok biru" ini jatuh ke tangan Trump pada 2016, tetapi berhasil dimenangkan Presiden Joe Biden pada 2020.

Harris dan Trump telah menghabiskan waktu yang cukup signifikan untuk berkampanye di negara-negara bagian ini dengan pemahaman bahwa setiap negara bagian tersebut berpotensi menentukan hasil pemilu.

Hari Pemilihan Umum dijadwalkan pada 5 November, di mana rakyat Amerika akan memutuskan masa depan kursi kepresidenan, kongres, serta sejumlah pemilihan tingkat negara bagian dan lokal.

Lebih dari 78 juta warga Amerika telah memberikan suara lebih awal, termasuk sekitar 700.000 lebih Demokrat daripada Republik, menurut data dari University of Florida Election Lab.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler