Benarkah Narasi Erdogan Walk Out Saat Prabowo Pidato?
Selama ini, Indonesia dan Turki punya hubungan baik, dari sisi ekonomi maupun politik
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pidato Presiden RI Prabowo Subianto di KTT D-8 di Kairo, Mesir, mendapat respons hangat dari Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Anwar tak menampik bahwa Prabowo telah menyatakan kebenaran pahit tentang negara-negara Islam saat ini.
Namun di media sosial, respons dan pandangan Anwar Ibrahim itu tersaingi oleh narasi tentang Presiden Turki yang keluar ruangan saat Prabowo pidato di D-8. Tak tanggung-tanggung narasi yang beredar menyebut bahwa Erdogan Walk Out saat pidato Prabowo.
"Presiden Turki Erdogan Walk Out saat Prabowo pidato di KTT D8, disusul beberapa delegasi dari negara lain turut keluar dari forum. Ternyata diluar negeri isu pelanggar HAM masih melekat. Macan Asia jadi Meong Asia 😂," demikian kicauan dari akun @Jumianto_RK pada Sabtu (21/12/2024).
Narasi serupa juga banyak beredar, ditambah dengan bumbu-bumbu Erdogan yang menyenggol kursi Prabowo dan isu pelanggar HAM. Semua narasi itu seolah hendak mengadudomba Prabowo dan Erdogan.
Namun jika melihat latar belakang di antara keduanya atau hubungan Turki dan Indonesia, tidak ada alasan yang sejatinya membuat Erdogan harus walk out (keluar mengajukan protes).
Baca juga, Turki Buka Suara, Bantah Erdogan Walk Out Saat Prabowo Pidato, Ini Penjelasannya
Berbeda dalam kasus delegasi Turki yang walk out dalam sidang Majelis Umum PBB saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pidato. Israel telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa Palestina. Istilah walk out lebih tepat disematkan untuk protes politik.
Secara pribadi, Prabowo dan Erdogan tidak ada persoalan. Prabowo bahkan pada pertengahan tahun ini bertemu dengan Erdogan di Ankara. Saat itu, Prabowo masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan meski telah memenangkan pertarungan Pilpres.
"Indonesia menganggap Turki sebagai negara penting, bersahabat dan mitra dalam kerja sama pertahanan. Hubungan ini harus ditingkatkan dalam rangka membangun rasa saling percaya dan peningkatan kapasitas angkatan bersenjata maupun sektor industri pertahanan kedua negara,” ungkap Menhan Prabowo saat itu.
Indonesia juga menjadi salah satu konsumen yang membeli drone Tangguh dari Turki. Pada 2023, Prabowo membeli 12 drone tempur ANKA. Sebaliknya Indonesia juga mengekspor produk unggulannya seperti minyak nabati, karet alam, serat, dan baja tahan karat.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengklarifikasi soal kabar Erdogan WO saat Prabowo pidato. Menurut Kemenlu, keluar dan masuk delegasi dalam Konferensi adalah hal lumrah.
“Sifat keluar masuk ruangan meeting adalah hal yang lumrah untuk meeting internasional (termasuk di forum PBB),” kata Juru Bicara Kemlu RI Rolliansyah Soemirat melalui pesan singkat di Jakarta, Ahad.
Tindakan itu menjadi hal lumrah, kata ia, karena para delegasi melakukan banyak pertemuan paralel, seperti agenda bilateral dengan ketua delegasi di ruangan lain, pada saat pertemuan internasional.
“Sesuai kebiasaan yang berlaku di forum internasional, masing-masing delegasi memiliki hak untuk menentukan kapan ketua delegasinya akan duduk di kursi delegasi atau meninggalkan ruangan,” kata jubir Kemlu itu.
Jubir Kemlu yang biasa dipanggil Roy itu memastikan bahwa Presiden Prabowo berkesempatan untuk melakukan pertemuan singkat dengan seluruh ketua delegasi lain menjelang dan setelah konferensi, termasuk dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Menurutnya, Presiden Prabowo dan Presiden Erdogan melakukan pertemuan dalam situasi yang sangat bersahabat termasuk pada saat duduk berdekatan pada acara makan siang yang diselenggarakan setelah berakhirnya KTT.
Erdogan juga menjadi satu dari sekian kepala negara yang memberikan ucapan selamat saat kepada Prabowo usai memenangkan Pilpres pada Februari 2024 silam.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahkan menyebut Prabowo Subianto sebagai 'saudaranya'
Surat tersebut diawali dengan “Pak. Presiden, Saudara Terkasih”. Erdogan kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia berharap hasil pemilu akan membawa hasil yang baik.
“Saya dengan sepenuh hati percaya bahwa kita akan lebih mengembangkan hubungan kita, yang diperkuat oleh ikatan sejarah dan nilai-nilai bersama, berdasarkan kemitraan strategis kita, demi kepentingan rakyat kita di masa depan,” tulis Erdogan dalam suratnya kepada Prabowo.
“Saya ingin menyampaikan harapan terbaik saya untuk kesehatan pribadi dan kebahagiaan Yang Mulia serta kesejahteraan masyarakat Indonesia yang ramah dan bersaudara,” kata Erdogan.
Presiden RI Prabowo Subianto dan Erdogan menghadiri KTT D-8, forum ekonomi delapan negara berkembang di Kairo, Mesir, dan berbicara dalam sesi pleno “Investing in Youth and Supporting SME’s: Shaping Tomorrow’s Economy”, serta membahas mengenai situasi di Palestina dan Lebanon.
Beragam alasan ini yang meragukan spekulasi Erdogan walk out dari ruang saat Prabowo pidato. Penggunaan kata lebih tepat, Erdogan keluar dari ruangan ketika Prabowo pidato.
Pidato Prabowo bertentangan dengan sikap Erdogan?
Sementara itu Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto punya pandangan sendiri soal keluarnya Erdogan saat Prabowo berpidato. Ia menduga substansi pidato Prabowo ini bersinggungan dengan kebijakan atau sikap presiden Erdogan tentang beberapa hal.
Pertama, menurut dia, terkait pandangan Prabowo tentang Solidaritas Dunia Muslim. Dalam pidatonya, kata dia, Prabowo menekankan pentingnya solidaritas dunia Muslim dalam menyelesaikan konflik seperti Palestina dan Suriah.
Sementara, menurut dia, Erdogan sendiri merasa sebagai tokoh awal yang vokal tentang isu-isu ini, terutama Palestina.
"Sangat mungkin Erdorgan merasa bahwa pendekatan Pak Prabowo dianggap terlalu retorik atau bahkan tidak sejalan dengan pandangan atau strategi Turki yang lebih proaktif ketimbang Indonesia," kata dia.
Kedua, lanjut Sudarnoto, tindakan Erdogan tersebut dilakukan karena adanya kritik terhadap kurangnya aksi kolektif. "Jika Pak Prabowo secara implisit atau eksplisit mengkritik kurangnya tindakan nyata dari negara-negara Muslim, ini bisa dianggap sensitif oleh Erdogan," jelas Sudarnoto.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menjelaskan, Turki sering menggambarkan dirinya sebagai pemimpin dalam isu-isu Muslim global dan mungkin merasa bahwa kritik tersebut tidak adil atau tidak mencerminkan kenyataan.
Ketiga, menurut Sudarnoto, Erdogan melakukan walk out lantaran adanya perbedaan prioritas D-8. Presiden Erdogan, kata dia, kemungkinan besar tidak setuju dengan cara Prabowo yang mengaitkan isu pembangunan ekonomi (agenda utama D-8) dengan isu konflik dan politik internasional.