Media Zionis: Serangan Amerika ke Yaman tak Kurangi Kekuatan Houthi

Houthi akan terus serang Israel dan bom kapal terafiliasi Amerika dan zionis.

AP Photo/Osamah Abdulrahman
Milisi Houthi.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Meski sudah mengirimkan dua kapal induk dan membombardir banyak wilayah Yaman, media zionis memberitakan serangan Amerika tidak mengurangi kekuatan Houthi.

Kelompok milisi yang dipimpin Abdul Malik al Houthi itu masih terus membombardir wilayah Israel. Setiap kali bom mengudara dan meledakkan israel, sirine mendadak meraung-raung. Kemudian warga harus masuk ke dalam pusat perlindungan kapan pun. Serangan Houthi terjadi secara acak, bisa malam saat istirahat, ataupun pagi dan siang saat waktu sibuk.

Houthi merupakan kelompok yang banyak mendapatkan dukungan persenjataan dari Iran. Mereka menjadi kelompok mayoritas yang mempengaruhi dinamika pemerintahan di Yaman, negeri yang terkenal dengan kawasan hadhramaut.

Yehoshua Kaliski, seorang peneliti di Institut Studi Keamanan Nasional Israel, mengonfirmasi pada hari Minggu bahwa peluncuran rudal balistik dari Yaman ke Israel merupakan sumber kekhawatiran utama.

"Setiap kali roket ditembakkan dari Yaman, jutaan warga Israel masuk ke tempat perlindungan, baik saat larut malam atau selama jam sibuk," kata Kaliski.

Ia menambahkan bahwa meskipun lintasan rudal dapat diprediksi, ada kemungkinan tahap kedua rudal akan bergerak ke arah yang berbeda.

"Orang Yaman banyak melepaskan tembakan ke kapal-kapal Amerika."

Baca Juga


Sementara itu, Channel 12 Israel mengatakan, "Orang Yaman menantang kita sebelum mereka menantang Amerika Serikat dan beroperasi secara independen dari Iran."

 

Saluran tersebut mencatat bahwa Israel berkoordinasi dengan Amerika Serikat, tetapi gerakan Ansar Allah menembaki kapal-kapal Amerika di Selat Bab al-Mandab dan tempat lainnya.

Houthi dalam posisi menang

Senada dengan itu, analis militer Ohad Hamo, berbicara di Channel 12 Israel, menyatakan bahwa setelah delapan tahun serangan Saudi dan Amerika, pasukan Yaman masih memegang kendali.

Hamou menekankan bahwa Yaman telah mencapai kemajuan signifikan baik di bidang militer maupun media, dan menekankan "kemampuan mereka untuk menghadapi negara adikuasa terbesar di Timur Tengah, Amerika Serikat."

Pada gilirannya, presenter Saluran 12 Israel Ofer Haddad berkata, "Meskipun ada peningkatan serangan Amerika di Yaman, serangan tersebut tidak memengaruhi kemampuan warga Yaman, sebagaimana dibuktikan oleh frekuensi rudal yang diluncurkan ke Israel."

Contoh serangan Amerika

Houthi melaporkan bahwa pesawat tempur Amerika Serikat melancarkan 15 serangan udara di wilayah selatan Sanaa pada Rabu malam 27 Maret.

"Agresi AS menargetkan wilayah selatan ibu kota Yaman dengan serangkaian serangan udara," TV Al-Masirah, yang berafiliasi dengan kelompok Houthi, melaporkan di Telegram.

Menurut media tersebut "agresi Amerika menargetkan wilayah Jarban di distrik Sanhan dengan 8 serangan udara, wilayah Khadm dan Jumaima Rajam di distrik Bani Hushaysh dengan 5 serangan udara, dan Pangkalan Udara Al-Dailami dengan 2 serangan udara."

Sementara itu, situs berita 26 September yang terkait atau berafiliasi dengan kelompok Houthi, dengan mengutip sumber lokal yang tidak disebutkan namanya, melaporkan sebelumnya bahwa "agresi AS melancarkan lima serangan udara di pinggiran kota Saada dan tiga serangan di distrik Al Salem di provinsi yang sama pada Rabu."

Situs itu mengatakan bahwa "dua serangan udara AS menargetkan distrik Harf Sufyan di provinsi Amran pada Rabu" dan mencatat bahwa "provinsi Saada mengalami 17 serangan udara AS pada Selasa malam hingga Rabu pagi," sehingga jumlah serangan terhadap dua provinsi tersebut menjadi 27 dalam 24 jam terakhir.

 

Saada dianggap sebagai benteng utama kelompok Houthi dan berbagi perbatasan darat dengan Arab Saudi, sementara Houthi telah menguasai Amran sejak 2014.

Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengatakan bahwa ia telah memerintahkan "serangan besar" terhadap Houthi dan kemudian mengancam akan "mengusir mereka sepenuhnya."

Sebagai bentuk solidaritas atas serangan di Jalur Gaza, sejak akhir 2023, kelompok Houthi telah menyerang kapal-kapal yang terkait dengan Israel yang melewati Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden dengan rudal dan pesawat nirawak yang mengganggu perdagangan global.

Kelompok tersebut menghentikan serangannya ketika gencatan senjata diumumkan pada Januari antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, tetapi mengancam akan melanjutkan serangan ketika Israel memblokir semua bantuan kemanusiaan ke Gaza pada 2 Maret.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler