Selasa 24 Mar 2020 00:38 WIB

Ilmuwan Temukan Hal Baru tentang Kerajaan Maya Kuno

Temuan baru mungkin menunjukkan kerajaan Maya Kuno dikelilingi sekutu kuat.

Rep: Mabruroh/ Red: Dwi Murdaningsih
Gambar (kiri) dan model penampakan tiga dimensi batu yang menunjukkan kerajaan bangsa Maya Kuno.
Foto: Stephen Houston/Brown University; Charles Gol
Gambar (kiri) dan model penampakan tiga dimensi batu yang menunjukkan kerajaan bangsa Maya Kuno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para arkeolog terus mencari lokasi kerajaan Maya Kuno. Setelah mencari lebih dari seperempat abad, para arkeolog akhirnya menemukan ibu kota Sak Tz'i ', ibukota kerajaan Maya Kuno.

Tapi bukan arkeolog yang menemukan. Lokasi itu ditemukan oleh seorang laki-laki. Dia menemukan tablet berukuran 2 x 4 kaki atau 0,6 x 1,2 meter dekat Lacanja Tzeltal, sebuah komunitas di Chiapas, Meksiko.

Prasasti berbentuk tablet tersebut menunjukkan harta karun mitologi, puisi, dan sejarah yang mencerminkan praktik kehidupan bangsa Maya Kuno yang menyatukan antara mitos dan kenyataan.

Menurut pernyataan berita dari Brandeis University di Massachusetts, sebagian dari bagian prasasti tersebut menceritakan mitos ular air, berbagai dewa yang tidak disebutkan namanya, serta banyak mitos lainnya yang menceritakan tentang kelahiran, kehidupan, dan pertempuran penguasa kuno.

Keberadaan ibu kota Sak Tz'i saat ini berlokasi di perbatasan antara Meksiko dan Guatemala. Menurut profesor antropologi di Universitas Brandeis, Charles Golden, kerajaan Maya kuno mungkin bukan kerajaan yang sangat kuat tapi kerajaan itu dikelilingi kerajaan tetangga yang kuat. Terbukti ibu kota kerajaan ini diduduki selama lebih dari satu milenium setelah dihuni pada 750 SM.

Para peneliti menemukan bukti juga bahwa kota itu dilindungi oleh aliran sungai dengan jurang yang curam di satu sisi. Di sisi lainnya terdapat tembok dengan batu pertahanan.

Menurut para peneliti, kerajaan Maya kuno ini mungkin membentuk kesepakatan perdamaian strategis dengan kerajaan tetangganya yang lebih kuat. Meskipun kerajaan ini tidak pernah mencapai kekuatan besar.

"Sak Tz'i 'adalah musuh yang tangguh dan sekutu penting bagi kerajaan-kerajaan yang lebih besar itu, sebagaimana dibuktikan oleh frekuensi kemunculannya dalam teks di situs-situs itu," tulis para peneliti pada bulan Desember 2019 di Journal of Field Archaeology .

Menurut catatan arkeologis, konon, kerajaan Maya kuno ini seringkali mendapatkan masalah baik dengan kerajaan tetangga maupun alam. Cerita ini terukir pada bagian bawah prasasti tablet yang menggambarkan sosok penguasa yang sedang menari.

Penguasa itu berpakaian seperti dewa Yopaat, yang dikaitkan dengan badai tropis yang hebat. Sosok itu juga sedang memegang kapak petir di tangan kanannya dan senjata batu yang digunakan dalam pertempuran ritual di tangan kirinya.

Para peneliti juga menemukan patung lain.  Patung itu menceritakan terjadinya sebuah kebakaran yang menghancurkan bagian kota tersebut selama konflik kekerasan berlangsung dengan salah satu tetangganya.

Pada 2018, peneliti mengidentifikasi beberapa struktur tentang kehidupan politik, agama dan budaya kerajaan Maya kuno. Hasilnya tim menemukan monumen kerajaan seperti sisa-sisa piramida, istana kerajaan dan lapangan bola .

Salah satu fitur ibukota yang paling mencolok, adalah reruntuhan piramida yang pernah berdiri setinggi 45 kaki (14 meter). Di sekeliling piramida tersebut terdapat bangunan yang mungkin digunakan bangsawan elit sebagai tempat keagamaan.

Piramida itu juga memiliki sejumlah lempengan-lempengan batu berukir di sekitarnya, termasuk yang menunjukkan telapak kaki para bangsawan.

"Sebuah penggambaran yang tidak biasa yang hanya ditampilkan pada beberapa vas Maya," tulis para peneliti.

Para peneliti juga menemukan halaman seluas 0,6 hektar yang disebut Plaza Muk'ul Ton atau Monumen Plaza di mana orang-orang berkumpul untuk upacara keagamaan dan politik.  Penemuan ini membuka wawasan besar dalam studi tentang dunia Maya kuno. Para peneliti berharap dapat menganalisis lebih lanjut temuan tersebut melalui arsitektur tulisan yang akan membuka pengetahuan politik, ekonomi, ritual dan peperangan di peradaban kerajaan Maya.

Para arkeolog berencana meneliti lebih lanjut temuan tersebut menggunakan deteksi cahaya dan jarak (Lidar). Alat tersebut dapat dipasang di pesawat atau drone untuk menemukan arsitektur dan topografi yang tersembunyi di dalam hutan lebat Guatemala.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement