Jumat 15 May 2020 20:43 WIB

SBM ITB Luncurkan PPK dan Manajemen Publik

SBM ITB akan turut memberikan kontribusi dalam perumusan kebijakan publik.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Kuntoro Mangkusubroto
Kuntoro Mangkusubroto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--- Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) meluncurkan Center for Policy and Public Management atau Pusat Penelitian Kebijakan (PPK) dan Manajemen Publik.

“SBM ITB telah 17 tahun hadir di masyarakat. Dengan adanya center ini, SBM ITB akan turut memberikan kontribusi dalam perumusan kebijakan publik dan tata kelola pemerintahan melalui pendekatan manajemen,” ujar Direktur Center for Policy and Public Management, Dr. Yudo Anggoro, Kamis (14/5). 

Yudo menjelaskan, peluncuran pusat penelitian ditandai dengan webinar Policy Analysis in the Crisis atau Analisis Kebijakan di Tengah Krisis. 

Acara yang diikuti sekitar 250 peserta ini menghadirkan beberapa pembicara dengan keynote speaker Prof Kuntoro Mangkusubroto, Pendiri SBM ITB yang juga Board of Advisor of Center for Policy and Public Management.

Dalam sambutannya, Kuntoro menyampaikan pengalamannya dalam memimpin rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh pasca-tsunami 2004 lalu. 

“Ada tujuh pelajaran yang dapat diambil oleh pengambil kebijakan dalam masa krisis seperti yang terjadi dalam masa pandemic Covid-19 kali ini,” ujar Kuntoro. 

Pertama, kata Kuntoro, koordinasi institusi yang cepat dan responsif dalam penanggulangan bencana. Kedua  sense of crisis yang harus dijaga oleh pengambil kebijakan. Ketiga, prioritas pada penanggulangan bencana. Keempat identifikasi donor jika dibutuhkan. 

Kelima, kata dia, prinsip integritas dan akuntabilitas harus ditegakkan. Keenam tim yang berpengalaman dan memiliki kepemimpinan kuat. Ketujuh, komunikasi yang jelas dan konsisten dengan seluruh institusi yang terlibat. 

Wakil Dekan Akademik SBM ITB,  Prof Utomo Sarjono Putro, menyampaikan idenya dalam mengelola kebijakan dalam masa krisis melalui pendekatan ilmu sistem. Dalam pendekatan sistem, sebuah krisis akan dipandang sebagai sebuah sistem yang kompleks. Pengambil kebijakan pun perlu memiliki kemampuan berpikir sistem untuk memahami kompleksitas permasalahan yang tengah dihadapi. 

“Setiap pengambil kebijakan akan bisa melihat krisis menurut subyektivitasnya, dengan menentukan konteks permasalahan yang sesuai. Dengan demikian, kompleksitas permasalahan dapat disederhanakan ke dalam beberapa kategori,” katanya.

Pembicara lainnya, Pengajar SBM ITB sekaligus mantan CEO Transjakarta,  Dr Agung Wicaksono menawarkan analisis pendekatan skenario sebagai pendekatan holistik  untuk merencanakan masa depan. Terutama, dalam situasi krisis seperti sekarang yang diwarnai dengan banyaknya ketidakpastian. 

“Dengan scenario planning, kita bisa menyusun kisah-kisah kemungkinan yang terjadi di Indonesia pasca Covid-19 untuk perencanaan masa depan,” katanya.

Namun, kata dia, yang terpenting dari proses scenario planning adalah menyatukan kembali berbagai elemen bangsa, terutama yang selama ini terpolarisasi. Tantangan krisis Covid-19 harus menjadi musuh bersama bangsa Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement