Jumat 19 Jun 2020 14:30 WIB

Peneliti Temukan Molekul Organik Baru di Ruang Angkasa

Molekul baru bernama propargylamine disebut sebagai kunci pembentukan asam amino.

Rep: zainur mahsir ramadhan/ Red: Dwi Murdaningsih
Ruang angkasa ilustrasi.
Ruang angkasa ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para astronom baru-baru ini mendeteksi adanya molekul organik yang belum pernah terdeteksi sebelumnya di medium antarbintang. Molekul yang dinamakan propargylamine itu disebut-sebut sebagai kunci dalam pembentukan asam amino bagi kemunculan kehidupan. Molekul ini memiliki kandungan karbon dan nitrogen di dalamnya.

"Keanehan dari spesies kimia ini terletak pada ikatan rangkap karbon-nitrogennya, yang memberinya reaktivitas tinggi," ujar astrochemist, Luca Bizzocchi seperti dikutip Science alert, kamis (18/6).

Baca Juga

Berdasarkan pemaparan, wilayah molekul itu ditemukan ada di sistem awan yang kaya akan gas molekul, atau yang kerap disebut Zona Molekul Pusat. Menurut Bizzocchi, itu adalah gudang besar molekul organik kompleks astrofisika.

Bizzocchi mencatat, propargylimine memiliki peran yang sangat penting dalam proses tersebut. Sebab, ada proses sintesis Streck yang terjadi, atau yang biasa digunakan untuk membuat asam amino di laboratorium.

Dia menambahkan, setiap molekul memang memiliki konfigurasi sendiri, layaknya sidik jari dalam kimia. Namun dia menegaskan, ada hal yang perlu diketahui dalam mengidentifikasinya.

"Ketika sebuah molekul berotasi dalam medium antarbintang, ia memancarkan foton pada frekuensi yang sangat tepat," Bizzocchi menjelaskan.

Bizzocchi menuturkan, ketika menggabungkan informasi tersebut dengan data dari teleskop radio, maka bisa memungkinkan untuk mengetahui apakah sebuah molekul ada di awan molekuler atau tidak.

Untuk mengetahuinya, tim peneliti meneliti spektrum rotasi dua isomer, atau konfigurasi atom, dari propargylimine di laboratorium, menambahkan hingga sekitar 1.000 transisi rotasi. Ini memungkinkan tim untuk menyusun profil spektral propargylimine yang sangat tepat, yang memperhitungkan distorsi yang dialami molekul di luar angkasa.

Setelah melakukan berbagai langkah lanjutan, para peneliti menyebut bahwa molekul telah tersedia di tempat seharusnya.

"Itu terletak pada data kami tentang awan molekul G + 0,693-0.027, tetapi kami tidak dapat mengidentifikasinya tanpa mengetahui spektroskopi yang tepat,” ungkap astrofisikawan Italia, Víctor M. Rivilla.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement